Selamat tahun baru! Tahun ini saya mau lebih rajin nulis di blog!! *amin*

Judul post ini kesannya sombong banget yah, berasa udah paling expert aja. Tapi bukan gitu kok maksudnya. Melalui tulisan ini saya pengen cerita tips-tips untuk memudahkan backpacker yang baru akan mulai traveling supaya perjalanannya lebih aman dan fun. Banyak kejadian-kejadian nyebelin yang saya alami sendiri sehingga saya nggak mau temen-temen ngalamin hal yang sama. Cieh.

Kalau udah sampe di kota tujuan, usahakan selalu menggunakan transportasi umum, hindari taksi atau rental mobil kalau nggak kepepet banget. Selain harganya mahal banget, naik transportasi umum itu seru banget lho! Cuma di Myanmar yang saya pakai taksi ke mana-mana karena bus di sana rongsokan, isinya sangat penuh, hurufnya cacing, dan nggak ada yang bisa Bahasa Inggris. Dari pada capek, mendingan naik taksi ajah. In fact, the best way is walking! J

Nggak perlu bawa baju banyak-banyak. Untuk backpacking 2 bulan saya cukup membawa 6 helai baju, 2 celana panjang, dan 2 celana pendek. Ada juga backpacker yang lebih hemat tempat, hanya bawa 3 helai baju, 1 dicuci, 1 dipakai, dan 1 untuk spare. Bawa baju-baju yang bahannya ringan, cepat  kering, warnanya netral, dan gak cepet lecek. Packing for backpacking is not about what you bring, it is about what you not bring. Kalau untuk dalaman, bawalah yang lumayan banyak. Pakaian luar boleh nggak ganti-ganti, dalaman jangan sampe side A-side B. Untuk sepatu, bawalah maksimal dua alas kaki dan 1 sendal jepit karet. Cukup itu aja kok. Pilih sepatu yang nyaman (nanti akan saya tulis di post selanjutnya, bagaimana memilih sepatu untuk traveling)

Kalau mau beli kaus kaki yang investasinya bagus, belilah kaus kaki dengan bahan wol Merino yang nggak cepat bau. Agak mahal sih, hiks... Bawa kaus kaki yang banyak, you’ll never know what will happen.

Ketika kita traveling, kita adalah tamu di negara tersebut, sekaligus duta Indonesia. Ikuti custom di negara itu, minimal nggak bikin ulah, buat orang-orang respect terhadap kita. Dress as the locals do. Kalau diwajibkan pakai jilbab, baju tertutup, atau apapun, pakai saja walaupun cuacanya panas banget. Kalau tujuan kita traveling untuk bertemu budaya dan orang baru, mulailah membaur dengan mereka. Pelajari semua Do’s and Dont’s. Misalnya, di Italia dan Vatican, jangan coba-coba pakai celana pendek dan baju tank top karena akan ditolak masuk ke gereja dan katedral. Di Bulgaria, mengangguk adalah tidak sementara menggeleng adalah iya... Nah lho bingung kan?

Bawa uang dengan kombinasinya: uang kertas, recehan (kalo bisa), kartu debit, dan kartu kredit. Misalnya, ketika baru sampe ke suatu negara, kalau hanya punya banknotes besar, coba untuk pecahin dulu. Recehan ini akan dipakai untuk naik metro atau transportasi lain menuju kota. Kalau ke negara dengan mata uang yang susah dicari di Indonesia, seperti Myanmar, Kamboja, atau Vietnam, bawa kartu ATM dan tarik uang ketika sampai di sana. Cari mesin ATM yang memiliki logo yang sama dengan dengan yang tercantum di kartu. Amannya sih, cari mesin berlogo VISA/Mastercard. Biaya penarikan Rp 25.000, tidak tergantung besar atau kecil nominalnya. Langsung aja ambil banyak supaya lebih hemat. Kalau traveling ke tempat-tempat terpencil, seperti desa atau pulau, cobalah untuk membawa uang tunai saja karena nantinya akan susah menemukan ATM. Simpan uang-uang ini di dalam money belt dan bawa uang harian secukupnya di dompet. Ketika pulang traveling, kalau masih punya recehan, usahakan habiskan uang tersebut karena ditukar lagi ke rupiah di Indonesia pun belum tentu bisa dan kursnya bagus.

Kalau berencana memakai ponsel untuk berkomunikasi secukupnya seperti SMS dan masa traveling-nya sebentar, tidak usah membeli kartu SIM baru di sana. Apalagi di Eropa yang negaranya banyak, nggak mau kan sedikit-sedikit ganti kartu? 1 kali SMS di negara lain harganya beda-beda tergantung operator kamu. Saya dulu memakai XL untuk traveling di Eropa karena biaya SMS-nya cuma Rp 5.000 per SMS, lebih murah dibandingkan operator lain. Biaya SMS ini adalah biaya SMS ke nomor lokal dan nomor Indonesia. Kalau ingin memakai SIM card agar telepon dan internet murah karena keadaan mengharuskan, baru disarankan untuk membelinya. Cek promo-promo di website operator lokal negara tujuan.

Untuk akomodasi murah, cek www.hostelbookers.com dan bayar DP 10% untuk booking. Hostelbookers meng-cover banyak jenis penginapan, mulai dari camp ground, hostel, hotel, sampai apartemen. Kalau ada promo, harga penginapannya bisa murah banget bikin galau. Kalau udah nemu nama hostelnya, jangan langsung booking. Searching dulu di Google, cari website hostelnya, untuk membandingkan harganya. Kadang, hostel tersebut memiliki promo dan diskon yang nggak masuk di Hostelbookers. Jangan lupa juga bandingkan harga dengan jarak hostel ke pusat kota dan fasilitas yang akan kita dapatkan. Jangan sampai kamu booking hostel murah ternyata jauh dan ongkos ke kotanya lebih mahal. Atau booking hostel murah ternyata lokasinya di red light district, hiiii! Gak papa sedikit lebih mahal beberapa dolar kalau dapet sarapan dan review-nya bagus. Pengalaman paling sial saya di hostel adalah ketika menginap di Fernloft Hostel Kuala Lumpur, sekujur tubuh saya digigit bed bugs! Ketika saya bangun keesokan harinya, bentol-bentol merah dari muka sampe kaki bikin perjalanan lanjutan saya nggak nyaman. Huh! Murah sih murah, tapi bawa petaka. Besoknya, saya langsung tulis review jelek di hostelbookers.com

Safety dan security first! Selalu ingat ini kalau lagi traveling. Bawa fotokopi semua dokumen penting di tas, minimal 2 lembar masing-masing, seperti fotokopi paspor, polis asuransi, KTP, visa, dll. Bawa gembok untuk mengunci tas, kalau backpack, di-wrap dulu sebelum check in bagasi, taruh stiker fragile. Bawa gembok untuk mengunci tas di loker, di kereta, di lemari, dll. Pakai money belt untuk menyimpan paspor, uang dan kartu-kartu bank, copet ada di mana-mana! Dan jangan salah, di Eropa banyak banget scam, misalnya di Montmartre Paris banyak orang kulit hitam (bukannya saya rasis) yang menawarkan gelang persahabatan, awalnya mereka ramah dan mencoba memakaikan gelang itu ke kita, padahal ujung-ujungnya kita akan dipalak. Sasaran utama mereka dalah turis Asia lugu. Atau di pusat keramaian Paris, ada yang bermain “Three Cups”, kita harus menebak dimana bola bersembunyi di antara ketiga cangkir plastik. Awalnya kita melihat ada orang yang bertaruh dan menang, padahal orang itu adalah teman si penipu. Giliran kita yang bertaruh, there’s no way we will win. Di Paris (lagi) ada orang yang mencoba menjual tiket metro murah di pintu depan stasiun, jangan percaya karena tiketnya palsu. Di Venice dan Milan ada orang-orang yang menghampiri kita menawarkan gelang persahabatan dan makanan burung. It seems fun memberi makan burung yang banyak di San Marco Square atau Piazza Duomo, tapi nanti kita disuruh bayar atas semua itu. Praha, Budapest, sama saja, banyak copet... sebagian adalah anak-anak karena mereka tidak bisa ditindak pidana. Use common sense saja... saya karena sudah terbiasa dengan lingkungan Jakarta, alhamdulillah nggak pernah kecopetan. Googling saja dulu “Paris scams...” atau “Prague scams...” untuk mengetahui situasinya sehingga kita bisa menyesuaikan. Pokoknya, prinsip saya adalah kalau too good to be true, curigai itu adalah scam. Nanti setelah “latihan” traveling, kita akan bisa membedakan mana yang beneran tulus baik, mana yang mencoba menipu kita.
Saya bawa buku ini untuk keliling Eropa, cukup membantu. Tapi hampir semua anak muda bisa Bahasa Inggris...
(image courtesy of Lonely Planet)

Hafalkan beberapa frase penting dalam bahasa lokal. Itu saja sudah cukup untuk survive dan mendapat respect dari orang lokal. Saya pernah gaya-gayaan memesan tiket pake Bahasa Prancis yang pronunciationnya memalukan, terus dibales dengan Prancis juga. Melongo lah saya. Namun petugas loket langsung tersenyum lebar dan memberikan tiket dan kembalian saya dengan ramah serta mengajarkan saya cara membeli tiket menggunakan mesin. Atau saya juga pernah melongo lagi pas gaya-gayaan beli tiket metro di tabbacheria (pedagang rokok) pake Bahasa Italia dan dibalas Italia juga. Saya selalu minta bantuan host untuk menyebutkan frase-frase penting, khususnya halo, selamat pagi, terima kasih, permisi, dan babi. Khusus babi saya minta dituliskan di kertas karena nantinya akan saya bawa kalau sedang berbelanja dan membaca komposisi makanan yang akan saya beli. Bahasa Polandia paling susah pronunciationnya, host saya sampe ketawa guling-guling melihat saya mencoba mengucapkan “terima kasih” yang nggak pernah benar.

Jangan pernah menerima sesuatu tanpa sepakat harganya berapa. Upayakan selalu bernegosiasi harga, apalagi di negara-negara berkembang. Kalo membaca pengalaman dari traveler lain, India adalah negara dengan orang-orang yang banyak trik jual beli yang tipu-tipu. Saya sendiri belum pernah ke India, jadi belum bisa cerita pengalaman. Pakai jurus klasik pura-pura gak minat dan pura-pura pergi kalau pedagang keukeuh dengan harga yang ditawarkan. Tapi saya biasanya nggak menawar kalau yang berjualan ibu-ibu tua yang berjualan sendirian, kalaupun mark-up tinggi, kan uang saya akan dipakai untuk menyokong keluarganya. Sedikit banyak, pariwisata memang menggerakkan ekonomi penduduk lokal, dan membeli produk mereka adalah salah satu caranya.

Gunakan smartphone, tablet, atau laptop untuk keperluan traveling. Download aplikasi bermanfaat, selalu riset lokasi dan transportasi, dan membaca forum-forum traveling. Teknologi juga kita pakai untuk membeli tiket bus atau kereta atau sekedar update blog atau sosial media selama perjalanan.

Riset mengenai lingkungan kesehatan destinasi yang kita kunjungi. Kalau akan pergi ke daerah pandemi malaria, jangan lupa minum pil kina sebelum pergi. Beberapa tujuan traveling membutuhkan vaksin, misalnya vaksin meningitis. Cek dulu semuanya sebelum pergi. Saya meminum 2 tablet sebelum pergi ke 3 kota di Papua untuk jaga-jaga, walaupun masih daerah kota.

Kalau lagi nyasar senyasar-nyasarnya sampai tidak tahu ini jalan apa dan bagaimana mau ke suatu tempat, masuklah ke suatu hotel dan tanyakan kepada petugas hotelnya. Paling tidak dia bisa berbahasa Inggris dan mengerti lingkungannya. Sebenarnya pegawai McDonalds atau Starbucks juga bisa kita tanyakan, tetapi ada di beberapa negara yang mengembargo produk Amerika, seperti Tiongkok.

It started with a “hello...”. Jangan underestimate the power of hello di dunia traveling. Menyapa oang lokal dan sesama traveler bisa menambah teman, mendapatkan tips dan ilmu, serta mendengar cerita yang tidak didapatkan di buku. Apalagi kalau traveling sendirian, kadang butuh seseorang untuk berbicara supaya tetap waras J

Buat perencanaan per hari, nggak perlu mendetail. Cukup poin-poin hari ini mau ke mana, naik apa, berapa lama di sana, dan bagaimana pulangnya nanti.
Saya dan peserta Free Yangon Walks, cuma bayar sukarela untuk guided tour seru! (image courtesy of Free Yangon Walks)

Gabung free walking tour di setiap kota. Tur ini bisa gratis karena mengandalkan tip sukarela dari pesertanya. Cukup googling “Warsaw (ganti nama kotanya) free walking tour” dan lihat website-nya. Nanti kita akan diberitahukan meeting point di mana dan jam berapa, serta ciri-ciri tur guide-nya. Selama di Yangon, saya ikutan Yangon Free Walking Tour untuk mengetahui sejarah dan cerita orang lokal mengenai tempat-tempat terkenal di sana. Luar biasa menarik dan kita bisa ngasi tips sukarela J

Menurut saya, jangan terlalu sibuk mengambil gambar dan selfie. Lihat, pandangi, dan saksikan kejadian dengan mata. Be present. This is your journey of a lifetime. Untuk mengingat, saya biasanya bawa travel diary, mendengarkan musik, dan menulis sendirian di taman, sambil merhatiin orang-orang datang dan pergi.

Gimana, mungkin tips saya bisa membantu untuk perjalanan kamu berikutnya. Kalau ada yang mau ditambahkan atau dikomentari, silakan isi kolom comment di bawah ya!

-@travelitarius the hardest part of traveling is a decision to go...
Read More
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home