Showing posts with label Miscellaneous. Show all posts
Showing posts with label Miscellaneous. Show all posts
Selamat tahun baru! Tahun ini saya mau lebih rajin nulis di blog!! *amin*

Judul post ini kesannya sombong banget yah, berasa udah paling expert aja. Tapi bukan gitu kok maksudnya. Melalui tulisan ini saya pengen cerita tips-tips untuk memudahkan backpacker yang baru akan mulai traveling supaya perjalanannya lebih aman dan fun. Banyak kejadian-kejadian nyebelin yang saya alami sendiri sehingga saya nggak mau temen-temen ngalamin hal yang sama. Cieh.

Kalau udah sampe di kota tujuan, usahakan selalu menggunakan transportasi umum, hindari taksi atau rental mobil kalau nggak kepepet banget. Selain harganya mahal banget, naik transportasi umum itu seru banget lho! Cuma di Myanmar yang saya pakai taksi ke mana-mana karena bus di sana rongsokan, isinya sangat penuh, hurufnya cacing, dan nggak ada yang bisa Bahasa Inggris. Dari pada capek, mendingan naik taksi ajah. In fact, the best way is walking! J

Nggak perlu bawa baju banyak-banyak. Untuk backpacking 2 bulan saya cukup membawa 6 helai baju, 2 celana panjang, dan 2 celana pendek. Ada juga backpacker yang lebih hemat tempat, hanya bawa 3 helai baju, 1 dicuci, 1 dipakai, dan 1 untuk spare. Bawa baju-baju yang bahannya ringan, cepat  kering, warnanya netral, dan gak cepet lecek. Packing for backpacking is not about what you bring, it is about what you not bring. Kalau untuk dalaman, bawalah yang lumayan banyak. Pakaian luar boleh nggak ganti-ganti, dalaman jangan sampe side A-side B. Untuk sepatu, bawalah maksimal dua alas kaki dan 1 sendal jepit karet. Cukup itu aja kok. Pilih sepatu yang nyaman (nanti akan saya tulis di post selanjutnya, bagaimana memilih sepatu untuk traveling)

Kalau mau beli kaus kaki yang investasinya bagus, belilah kaus kaki dengan bahan wol Merino yang nggak cepat bau. Agak mahal sih, hiks... Bawa kaus kaki yang banyak, you’ll never know what will happen.

Ketika kita traveling, kita adalah tamu di negara tersebut, sekaligus duta Indonesia. Ikuti custom di negara itu, minimal nggak bikin ulah, buat orang-orang respect terhadap kita. Dress as the locals do. Kalau diwajibkan pakai jilbab, baju tertutup, atau apapun, pakai saja walaupun cuacanya panas banget. Kalau tujuan kita traveling untuk bertemu budaya dan orang baru, mulailah membaur dengan mereka. Pelajari semua Do’s and Dont’s. Misalnya, di Italia dan Vatican, jangan coba-coba pakai celana pendek dan baju tank top karena akan ditolak masuk ke gereja dan katedral. Di Bulgaria, mengangguk adalah tidak sementara menggeleng adalah iya... Nah lho bingung kan?

Bawa uang dengan kombinasinya: uang kertas, recehan (kalo bisa), kartu debit, dan kartu kredit. Misalnya, ketika baru sampe ke suatu negara, kalau hanya punya banknotes besar, coba untuk pecahin dulu. Recehan ini akan dipakai untuk naik metro atau transportasi lain menuju kota. Kalau ke negara dengan mata uang yang susah dicari di Indonesia, seperti Myanmar, Kamboja, atau Vietnam, bawa kartu ATM dan tarik uang ketika sampai di sana. Cari mesin ATM yang memiliki logo yang sama dengan dengan yang tercantum di kartu. Amannya sih, cari mesin berlogo VISA/Mastercard. Biaya penarikan Rp 25.000, tidak tergantung besar atau kecil nominalnya. Langsung aja ambil banyak supaya lebih hemat. Kalau traveling ke tempat-tempat terpencil, seperti desa atau pulau, cobalah untuk membawa uang tunai saja karena nantinya akan susah menemukan ATM. Simpan uang-uang ini di dalam money belt dan bawa uang harian secukupnya di dompet. Ketika pulang traveling, kalau masih punya recehan, usahakan habiskan uang tersebut karena ditukar lagi ke rupiah di Indonesia pun belum tentu bisa dan kursnya bagus.

Kalau berencana memakai ponsel untuk berkomunikasi secukupnya seperti SMS dan masa traveling-nya sebentar, tidak usah membeli kartu SIM baru di sana. Apalagi di Eropa yang negaranya banyak, nggak mau kan sedikit-sedikit ganti kartu? 1 kali SMS di negara lain harganya beda-beda tergantung operator kamu. Saya dulu memakai XL untuk traveling di Eropa karena biaya SMS-nya cuma Rp 5.000 per SMS, lebih murah dibandingkan operator lain. Biaya SMS ini adalah biaya SMS ke nomor lokal dan nomor Indonesia. Kalau ingin memakai SIM card agar telepon dan internet murah karena keadaan mengharuskan, baru disarankan untuk membelinya. Cek promo-promo di website operator lokal negara tujuan.

Untuk akomodasi murah, cek www.hostelbookers.com dan bayar DP 10% untuk booking. Hostelbookers meng-cover banyak jenis penginapan, mulai dari camp ground, hostel, hotel, sampai apartemen. Kalau ada promo, harga penginapannya bisa murah banget bikin galau. Kalau udah nemu nama hostelnya, jangan langsung booking. Searching dulu di Google, cari website hostelnya, untuk membandingkan harganya. Kadang, hostel tersebut memiliki promo dan diskon yang nggak masuk di Hostelbookers. Jangan lupa juga bandingkan harga dengan jarak hostel ke pusat kota dan fasilitas yang akan kita dapatkan. Jangan sampai kamu booking hostel murah ternyata jauh dan ongkos ke kotanya lebih mahal. Atau booking hostel murah ternyata lokasinya di red light district, hiiii! Gak papa sedikit lebih mahal beberapa dolar kalau dapet sarapan dan review-nya bagus. Pengalaman paling sial saya di hostel adalah ketika menginap di Fernloft Hostel Kuala Lumpur, sekujur tubuh saya digigit bed bugs! Ketika saya bangun keesokan harinya, bentol-bentol merah dari muka sampe kaki bikin perjalanan lanjutan saya nggak nyaman. Huh! Murah sih murah, tapi bawa petaka. Besoknya, saya langsung tulis review jelek di hostelbookers.com

Safety dan security first! Selalu ingat ini kalau lagi traveling. Bawa fotokopi semua dokumen penting di tas, minimal 2 lembar masing-masing, seperti fotokopi paspor, polis asuransi, KTP, visa, dll. Bawa gembok untuk mengunci tas, kalau backpack, di-wrap dulu sebelum check in bagasi, taruh stiker fragile. Bawa gembok untuk mengunci tas di loker, di kereta, di lemari, dll. Pakai money belt untuk menyimpan paspor, uang dan kartu-kartu bank, copet ada di mana-mana! Dan jangan salah, di Eropa banyak banget scam, misalnya di Montmartre Paris banyak orang kulit hitam (bukannya saya rasis) yang menawarkan gelang persahabatan, awalnya mereka ramah dan mencoba memakaikan gelang itu ke kita, padahal ujung-ujungnya kita akan dipalak. Sasaran utama mereka dalah turis Asia lugu. Atau di pusat keramaian Paris, ada yang bermain “Three Cups”, kita harus menebak dimana bola bersembunyi di antara ketiga cangkir plastik. Awalnya kita melihat ada orang yang bertaruh dan menang, padahal orang itu adalah teman si penipu. Giliran kita yang bertaruh, there’s no way we will win. Di Paris (lagi) ada orang yang mencoba menjual tiket metro murah di pintu depan stasiun, jangan percaya karena tiketnya palsu. Di Venice dan Milan ada orang-orang yang menghampiri kita menawarkan gelang persahabatan dan makanan burung. It seems fun memberi makan burung yang banyak di San Marco Square atau Piazza Duomo, tapi nanti kita disuruh bayar atas semua itu. Praha, Budapest, sama saja, banyak copet... sebagian adalah anak-anak karena mereka tidak bisa ditindak pidana. Use common sense saja... saya karena sudah terbiasa dengan lingkungan Jakarta, alhamdulillah nggak pernah kecopetan. Googling saja dulu “Paris scams...” atau “Prague scams...” untuk mengetahui situasinya sehingga kita bisa menyesuaikan. Pokoknya, prinsip saya adalah kalau too good to be true, curigai itu adalah scam. Nanti setelah “latihan” traveling, kita akan bisa membedakan mana yang beneran tulus baik, mana yang mencoba menipu kita.
Saya bawa buku ini untuk keliling Eropa, cukup membantu. Tapi hampir semua anak muda bisa Bahasa Inggris...
(image courtesy of Lonely Planet)

Hafalkan beberapa frase penting dalam bahasa lokal. Itu saja sudah cukup untuk survive dan mendapat respect dari orang lokal. Saya pernah gaya-gayaan memesan tiket pake Bahasa Prancis yang pronunciationnya memalukan, terus dibales dengan Prancis juga. Melongo lah saya. Namun petugas loket langsung tersenyum lebar dan memberikan tiket dan kembalian saya dengan ramah serta mengajarkan saya cara membeli tiket menggunakan mesin. Atau saya juga pernah melongo lagi pas gaya-gayaan beli tiket metro di tabbacheria (pedagang rokok) pake Bahasa Italia dan dibalas Italia juga. Saya selalu minta bantuan host untuk menyebutkan frase-frase penting, khususnya halo, selamat pagi, terima kasih, permisi, dan babi. Khusus babi saya minta dituliskan di kertas karena nantinya akan saya bawa kalau sedang berbelanja dan membaca komposisi makanan yang akan saya beli. Bahasa Polandia paling susah pronunciationnya, host saya sampe ketawa guling-guling melihat saya mencoba mengucapkan “terima kasih” yang nggak pernah benar.

Jangan pernah menerima sesuatu tanpa sepakat harganya berapa. Upayakan selalu bernegosiasi harga, apalagi di negara-negara berkembang. Kalo membaca pengalaman dari traveler lain, India adalah negara dengan orang-orang yang banyak trik jual beli yang tipu-tipu. Saya sendiri belum pernah ke India, jadi belum bisa cerita pengalaman. Pakai jurus klasik pura-pura gak minat dan pura-pura pergi kalau pedagang keukeuh dengan harga yang ditawarkan. Tapi saya biasanya nggak menawar kalau yang berjualan ibu-ibu tua yang berjualan sendirian, kalaupun mark-up tinggi, kan uang saya akan dipakai untuk menyokong keluarganya. Sedikit banyak, pariwisata memang menggerakkan ekonomi penduduk lokal, dan membeli produk mereka adalah salah satu caranya.

Gunakan smartphone, tablet, atau laptop untuk keperluan traveling. Download aplikasi bermanfaat, selalu riset lokasi dan transportasi, dan membaca forum-forum traveling. Teknologi juga kita pakai untuk membeli tiket bus atau kereta atau sekedar update blog atau sosial media selama perjalanan.

Riset mengenai lingkungan kesehatan destinasi yang kita kunjungi. Kalau akan pergi ke daerah pandemi malaria, jangan lupa minum pil kina sebelum pergi. Beberapa tujuan traveling membutuhkan vaksin, misalnya vaksin meningitis. Cek dulu semuanya sebelum pergi. Saya meminum 2 tablet sebelum pergi ke 3 kota di Papua untuk jaga-jaga, walaupun masih daerah kota.

Kalau lagi nyasar senyasar-nyasarnya sampai tidak tahu ini jalan apa dan bagaimana mau ke suatu tempat, masuklah ke suatu hotel dan tanyakan kepada petugas hotelnya. Paling tidak dia bisa berbahasa Inggris dan mengerti lingkungannya. Sebenarnya pegawai McDonalds atau Starbucks juga bisa kita tanyakan, tetapi ada di beberapa negara yang mengembargo produk Amerika, seperti Tiongkok.

It started with a “hello...”. Jangan underestimate the power of hello di dunia traveling. Menyapa oang lokal dan sesama traveler bisa menambah teman, mendapatkan tips dan ilmu, serta mendengar cerita yang tidak didapatkan di buku. Apalagi kalau traveling sendirian, kadang butuh seseorang untuk berbicara supaya tetap waras J

Buat perencanaan per hari, nggak perlu mendetail. Cukup poin-poin hari ini mau ke mana, naik apa, berapa lama di sana, dan bagaimana pulangnya nanti.
Saya dan peserta Free Yangon Walks, cuma bayar sukarela untuk guided tour seru! (image courtesy of Free Yangon Walks)

Gabung free walking tour di setiap kota. Tur ini bisa gratis karena mengandalkan tip sukarela dari pesertanya. Cukup googling “Warsaw (ganti nama kotanya) free walking tour” dan lihat website-nya. Nanti kita akan diberitahukan meeting point di mana dan jam berapa, serta ciri-ciri tur guide-nya. Selama di Yangon, saya ikutan Yangon Free Walking Tour untuk mengetahui sejarah dan cerita orang lokal mengenai tempat-tempat terkenal di sana. Luar biasa menarik dan kita bisa ngasi tips sukarela J

Menurut saya, jangan terlalu sibuk mengambil gambar dan selfie. Lihat, pandangi, dan saksikan kejadian dengan mata. Be present. This is your journey of a lifetime. Untuk mengingat, saya biasanya bawa travel diary, mendengarkan musik, dan menulis sendirian di taman, sambil merhatiin orang-orang datang dan pergi.

Gimana, mungkin tips saya bisa membantu untuk perjalanan kamu berikutnya. Kalau ada yang mau ditambahkan atau dikomentari, silakan isi kolom comment di bawah ya!

-@travelitarius the hardest part of traveling is a decision to go...
Read More
Savvy traveler, atau traveler cerdas sering disebut-sebut beberapa tahun terakhir ini pada tren perjalanan. Apa sih yang dimaksud savvy traveler? Savvy traveler, menurut saya, adalah traveler yang berpikir dan bertindak cerdas untuk memudahkan perjalanannya, yang nantinya bisa menghemat uang, waktu, dan tenaganya. Apa aja sih yang dibawa oleh savvy traveler? Simak daftar saya berikut ini, sebagian besar saya lakukan sendiri di setiap perjalanan saya

Adaptor (image courtesy of travelshop.ie)
Universal Travel Adaptor. Belilah 1 buat investasi traveling jangka panjang. Tahu sendiri kan colokan listrik di berbagai negara beda-beda. Barang ini emang kecil, tapi kalo ketinggalan, bisa bikin senewen karena nantinya kita harus menyewa atau membelinya lagi di tempat tujuan hanya gara-gara colokan beda.

Power strip atau colokan T. Seringnya, kita sering menemukan colokan di tempat-tempat umum, seperti bandara atau hostel, tapi keseringannya colokan tersebut sudah diambil orang. Gimana kalo baterai ponsel kita lagi sekarat? Kalau kita punya power strip atau colokan T, selain bisa menyelamatkan ponsel sendiri, kita juga bisa jadi life-saver banyak orang, nambah temen juga kan, hehehehe.

Bawa e-books dibandingkan buku fisik. Memang, Lonely Planet Europe on a Shoestring atau Frommer’s Guide to Italy yang setebel buku dosa mencakup printilan yang cukup lengkap. Tapi buku itu terlalu berat untuk kita bawa-bawa, apalagi kalau traveling panjang, mereka hanya akan menambah beban di punggung kita saja. Zaman serba digital ini, lebih baik beli e-booknya dan simpan di tablet atau ponsel kita. Kalau takut kehabisan baterai saat pengen lihat guidebook, robek saja bagian yang kita butuhkan dari buku itu. Jadi kita hanya membawa yang benar-benar kita butuhkan. Eh, salah ya saran saya? Kok nyaranin ngerusak buku... Hehehe

Energy bar (image courtesy of womenpla.net)
Energy bar. Laper itu nggak terhindari, saya suka susah mikir kalau sedang lapar. Makanya, untuk perjalanan jauh, saya biasa bawa energy bar seperti Soyjoy atau Fitbar yang bisa mengganjal perut sebentar sebelum ketemu makanan lagi. Kenapa energy bar? Karena ukurannya kecil, lebih sehat, dan langsung mengenyangkan. Biasanya sih saya bawa untuk di pesawat buat cemilan atau kalau sedang dalam perjalanan ke kota baru yang memakan waktu lama.

Tisu basah. Kalau habis buang air di negara Barat, kita akan mengalami culture shock di mana mereka nggak punya semprotan kecil untuk membersihkan. Lalu kita pun bingung sendiri gimana cebok dengan bersih, kan kotor? Makanya selalu siapin tisu basah ukuran kecil di tas daypack karena buang air tanpa dicuci rasanya geli-geli gimanaaa gituh

Swiss Army Knife (image courtesy of swissarmy.com)
Swiss Army Knife. Saya rasa ini Holy Grail buat semua traveler. Dalam satu genggam, kita bisa dapat pisau, gunting, pinset, pembuka botol, pembuka wine, obeng, gergaji, sampai pulpen. Bukan promosi, tapi belilah yang merek Victorinox asli supaya long lasting bahkan bisa diwariskan. Setelah pernah ngintip dalamnya pabrik Victorinox di Swiss dari dokumenter National Geographic, saya jadi makin percaya kalau pakai merek ini dijamin durable karena terbuat dari bahan-bahan dan cara-cara terbaik.  Harga merek ini memang mahal, tetapi kalau kamu cuma traveler yang mengunjungi kota-kota seperti saya, belilah yang basic isinya gunting, pisau, dan pinset, sudah sangat kepake kalo jalan... Kalau sering beraktivitas outdoor, bolehlah beli yang segepok.. Masih wish list saya... Mahal soalnya... Hiks...

Senter. Percaya deh, kalo kita pulang malam-malam ke hostel dan mau beres-beres, pasti kita suka nggak enak menyalakan lampu, takut mengganggu penghuni lain. Senter sekarang gampang kita dapatkan, bahkan langsung dari flashlight kamera ponsel. Kalau saya, jaga-jaga kalau ponsel mati, saya siapkan senter bertenaga dinamo. Agak tolol sih, saya harus muter-muterin dinamonya kalo mau hidup... tapi bebas baterai, yang artinya kita gak perlu takut baterai habis.

Salinan nomor telepon penting. Tertulis di buku catatan. Nomor telepon asuransi perjalanan, nomor telepon rumah, telepon Kedutaan Republik Indonesia setempat, telepon kantor, teman dekat, dll. Things happen, jangan selalu mengandalkan ponsel untuk menyalin semuanya. Print-out juga itinerary kita. Walaupun zaman serba digital, tetap persiapkan yang terburuk misalnya baterai habis, ponsel kecopetan, dll. Mit amiiit...

Foto dan gambar! Ini penting banget buat bahan obrolan dengan teman-teman baru di perjalanan. Obrolan jadi lebih asik, dan teman baru kita akan kebayang apa yang sedang kita bicarakan. Foto dan gambar ini bisa apa aja, peta Indonesia, peta kota asal kita, rumah kita, orang tua dan saudara-saudara kita, sekolah, teman-teman... Misalnya, saya waktu itu kesulitan menjelaskan ciri-ciri fisik buah rambutan kepada teman saat jalan bareng.. atau ketika mau mendeskripsikan cara orang Indonesia berjilbab kepada teman saya yang penasaran... Internet dan gadget gak selalu kita dapatkan ketika berjalan.

Botol kosong. Iyap, you heard it right. Masuk pemeriksaan bagasi kabin pasti banyak yang ketangkep karena bawa botol minum yang ada isinya. Ya udah kosongin aja bro sis, setelah lewatin pemeriksaan, tinggal isi lagi. Sebagian besar harga minuman setelah pemeriksaan itu mahal banget. Kalaupun sudah sampai di tujuan, kita bisa terus bawa supaya menghemat uang tidak mengeluarkan uang untuk membeli minum. Sekarang sudah ada botol yang bisa dilipat merek Vapur, kalo kosong tinggal lipat.

Syal (image courtesy of beksanddesigns.com)
Syal. Saya nggak bisa traveling tanpa pakai syal. Pilihlah bahan syal yang cukup tebal dan lebar seperti pashmina. Syal itu super versatile dan manfaatnya banyak banget, bisa penahan dingin, alas duduk, seprai tambahan, penutup kepala, dan gayanya fashionable.

Plastik ziplock. Plastik ini banyak manfaatnya loh, bisa nampung makanan, sabun batangan untuk dipakai lagi, nyimpan ponsel supaya anti air, dan nampung printilan yang kecil-kecil. Bawalah beberapa lembar, you never know...

Sumbat wastafel. Mungkin pada bingung kenapa sumbat wastafel itu penting. Bagi traveler, apalagi cewek, nyuci itu krusial supaya bawa bajunya lebih sedikit dan selalu punya stok baju atau dalaman bersih. Saya setiap hari mencuci dalaman di wastafel, nah kadang ada wastafel yang tidak ada sumbatnya sehingga kita tidak bisa menampung air di dalamnya. Disinilah sumbat wastafel berperan.

Legging atau yoga pants. Selain syal, legging atau yoga pants adalah pakaian yang fleksibel. Bisa kita pakai untuk naik pesawat, sebagai celana dobelan kalau sedang dingin, celana tidur, bahannya cepat kering, ukurannya kecil, dan ringan. 

Baterai tambahan, terutama baterai kamera. Jangan sampai kita kehilangan momen untuk mengabadikan gambar hanya karena baterai. Siapkan 1 atau 2 buah baterai kamera cadangan tergantung konsumsi baterai oleh kamera kamu. Kalau cukup boros, bawalah 2 baterai cadangan dan pastikan semua sudah ke-charge penuh sebelum pergi jalan-jalan.

Duct tape (image courtesy of thephunion.com)
Selotip atau lakban. Things happen, better prepare for the worst. Nggak perlu bawa selotip segede lingkarannya, cukup bawa seperlunya, dililit di batangan seperti pulpen ekstra.

Payung. Bisa melindungi kita dari hujan dan panas. Kadang, kalau kita pergi ke kota yang fluktuasi cuacanya cepat, kita mau nggak mau selalu membawa payung. Kehujanan di Eropa di awal musim panas itu nggak enak, saya pernah. Terpaksa neduh, nggak bisa ke mana-mana karena harus menunggu hujan.

Dompet palsu. Mau di negara sendiri atau negara orang lain, kita akan selalu berpotensi diincar oleh copet atau penodong. Paris, Roma, Barcelona, Milan, Praha adalah kota-kota rawan copet. Siapkan dompet sederhana, isi dengan kartu-kartu nggak penting seperti kartu membership supaya terlihat seperti dompet beneran, dan selipkan lembaran-lembaran seperti uang. Dompet palsu ini adalah trik mengecoh pencopet supaya mereka mengambil dompet ini. Uang, kartu kredit, dan kartu debit kita yang asli, kita simpan dengan aman di money belt. Kalau kita, amit-amit, sampai ditodong oleh penjahat, kita bisa berikan saja dompet palsu ini sambil siap-siap ambil langkah seribu.

(Image courtesy of dropbox.com)
Back up digital. Back up semua dokumen-dokumen kamu di internet. Scan semua dokumennya, upload di cloud seperti Google Drive dan Dropbox. Selain itu, masukkan semua file digital ke flash disk. Cloud juga perlu kalo memori internal kamera kita kehabisan, kita bisa upload foto-foto terlebih dahulu sebelum menghapusnya. Buat jaga-jaga kalau shit happens misalnya kehilangan paspor.

Nah, itu saja dari saya, hal-hal yang biasa dibawa oleh savvy traveler. Apa kamu merasa sebagai savvy traveler dan ingin menambahkan sesuatu? Silakan isi kolom comment ya J

- @travelitarius being savvy is a lifestyle
Read More
Jadi traveler jaman sekarang emang enak banget, dengan dukungan smartphone dan aplikasi-aplikasi, perjalanan mandiri bisa jauh lebih mudah dan menyenangkan. Saya nggak kebayang gimana traveler jaman dulu pergi ke travel agent, beli tiket yang berupa lembaran-lembaran kertas, lalu ketika jalan, bawa-bawa guidebook Lonely Planet atau Frommers setebel buku dosa.

Rasanya setiap traveler jaman sekarang pasti memiliki smartphone Android untuk sehari-hari, atau minimal laptop, untuk memudahkan ngurus printilan traveling. Mulai dari pesan tiket transportasi, mengecek prakiraan cuaca, memantau lalu lintas, atau sekedar memberitahukan kabar kepada keluarga. Tinggal cari wi-fi (karena saya miskin, gak bisa beli paket data), duduk, lalu langsung pantau harga tiket atau mengecek peta online.

Apa aja sih aplikasi Android yang wajib di-download traveler? Cekidot:

Tiket Pesawat? Skyscanner atau KAYAK
Aplikasi canggih pencari harga tiket pesawat dari berbagai maskapai di dunia, membuat kita mudah melihat harga termurah atau mencari yang tanpa transit. Canggihnya Skyscanner, bisa menampilkan harga selama setahun, sementara KAYAK kadang-kadang punya hacker deals yang nggak ditemuin di website mana pun. Kalau sudah dapat harga yang cocok, kita bisa langsung beli dan bayar pakai kartu kredit.
Tampilan aplikasi Skyscanner (Image courtesy of id.techinasia.com)
Tampilan aplikasi KAYAK (image courtesy of androidauthority.com)
City Guide? City Guide dari TripAdvisor
Aplikasi TripAdvisor sendiri saja sudah keren banget buat memandu kita untuk mengetahui "the best" dari setiap destinasi. Nah, dia juga mengeluarkan guide app per kota yang bisa kita download untuk dijadikan referensi perjalanan. Kota-kota besar di dunia yang menjadi destinasi utama turis di benua Eropa, Asia, Australia, dan Amerika sudah dibuat city guide-nya masing-masing. Saya suka mengikuti self-guided walking tour atau mencontek contoh itinerary yang mereka sarankan, khususnya itinerary yang off-the-beaten path. Bahkan, kalau uangnya memungkinkan, saya suka pergi ke restoran yang direkomendasikan. Misalnya waktu saya nyasar-nyasar nyari restoran Havelska Koruna di Praha atau Alfredo's yang terletak di gang kecil nyempil di Venice. Saya kepikiran ke makam Beethoven pun gara-gara saya tertarik setelah membaca review-nya di aplikasi Vienna City Guide. Semuanya jadi memudahkan, apalagi aplikasi ini punya peta offline, kita tinggal nyalakan GPS dan ikuti saja petunjuknya. Gak perlu lagi kan bawa-bawa guidebook tebel?
New York City Guide dari TripAdvisor (image courtesy of: intomobile.com)
Akomodasi? Booking.com
Kenapa Booking.com, padahal ada yang lain? Karena kalau memesan akomodasi via Booking.com, kita tidak perlu membayar apa-apa di muka dan pembatalan gratis. Pengalaman saya memesan hostel murah juga gampang banget, range akomodasi mereka mulai dari yang hostel murah sampai hotel bintang 5. Dan serunya lagi, dia suka ada secret deals yang kalo murah, bisa bikin ngiler!
Tampilan aplikasi Booking.com (image courtesy of: androidauthority.com)
Travel planner? TripIt
Kadang, kalo perjalanan kita cukup panjang, kita harus mengatur semuanya, mulai transportasi getting there, transportasi getting around, dan akomodasi... Detail semuanya, mulai dari berangkat dari mana jam berapa dan sampai di mana jam berapa, suka bikin kita overwhelmed. Aplikasi TripIt bisa ngebantu kita untuk merangkum itu semua ke dalam satu itinerary. Dan canggihnya, dia bisa men-scan email kita untuk menemukan email konfirmasi booking, lalu dengan otomatis memasukkkan detailnya ke dalam itinerary. Super.
Tampilan aplikasi TripIt (image courtesy of: androidcentral.com)
Budgeting? Money Lover
Sebenernya aplikasi personal finance ini saya pakai untuk keuangan sehari-hari, tapi ternyata berguna juga selama perjalanan. Setiap hari, sebelum tidur, saya rajin mencatat semua pengeluaran supaya saya tahu uang saya habisnya ke mana, hingga ke sen-sennya.
Tampilan aplikasi Money Lover - Expense Manager (image courtesy of: tech.firstpost.com)
Nilai tukar uang? XE
Aplikasi favorit sekaligus website andalan saya untuk mengcek nilai tukar mata uang dunia adalah XE. Selain aplikasinya user-friendly, interface-nya juga smooth sehingga kita bisa cepat membandingkan berbagai mata uang dalam 1 layar.

Kamus? Google Translate
Ini dia aplikasi favorit saya kalau mau ngecek bahasa asing di negara yang sedang kita kunjungi. Selain karena Google bisa mengucapkannya secara fasih sesuai pronunciation yang benar, kamus bahasanya bisa di-download sehingga sudah tidak perlu lagi online. Canggihnya, Google sudah meng-cover hampir semua bahasa-bahasa yang penting, sampai ada juga Basa Jawa.
Tampilan aplikasi Google Translate (image courtesy of: ilovefreesoftware.com)
Ensiklopedia online? Everywiki
Wikipedia udah jadi acuan pertama kita kalau ingin mengetahui sesuatu. Nah kenapa Everywiki ini penting untuk jalan-jalan? Karena di dalamnya terdapat Wikitravel, dan kita bisa search destinasi sesuai kota, negara, objek wisata, dll dari 1 aplikasi saja. Tahu sendiri kan, kalau Wikitravel itu coverage-nya keren banget, kita bisa mengetahui rekomendasi penginapan, restoran, cara ke suatu tempat, cara ke kota dari bandara, dll. Artikelnya pun bisa kita simpan sehingga bisa dibuka kembali kalau sedang tidak terhubung ke internet. Everywiki ini benar-benar membantu saya selama jalan-jalan.
Tampilan aplikasi Everywiki (image courtesy of ilovefreesoftware.com)
Gimana, semoga bermanfaat untuk next destination kamu ya... Mungkin ada yang ingin menambahkan? Bisa isi di-comment ya :)
Read More
Berhubung saya baru saja diterima menjadi mahasiswa pascasarjana yang menjunjung tinggi nasionalisme dan identitas bangsa *cie*, di hari kemerdekaan ini saya pengen bercerita tentang nasionalisme yang saya bawa ketika di luar negeri. Ada yang bilang, nasionalisme orang Indonesia paling keliatan banget pas pertandingan olahraga, apalagi sepak bola, apalagi kalau lawan Malaysia. Tapi menurut saya, saat jalan-jalan pun, kita pasti ngerasa nasionalisme lebih tinggi dibandingkan ketika di negara sendiri. 

Karena saya banyak mendapatkan teman selama di Eropa karena Couchsurfing, saya jadi punya kesempatan mempromosikan Indonesia ke mereka. Kalau lagi ngomongin Indonesia, pasti ada aja yang lucu dari pendapat orang luar tentang negara kita. Untungnya, orang Eropa itu sangat pintar-pintar, jadi nggak ada tuh pertanyaan, “Where is Indonesia?”: pertanyaan yang akan muncul kalau kita ngobrol dengan orang Amerika (no stereotype, cuma statistically speaking). Tapi mereka pasti akan mengatakan hal yang sama: “Your country is very big!”. Yaiyalah, 17 ribu pulau gitu loh.

Pakaian
Umumnya, Indonesia sering dikaitkan dekat dengan India secara kultural. Misalnya ketika Francois, host saya di Paris menanyakan apa yang kita pakai sehari-hari, apakah kaos dan celana panjang yang sedang saya pakai waktu itu atau kain seperti orang India.
“Ya enggaklah, kain biasanya kami pakai untuk memakai pakaian tradisional, yang seringnya dipakai pada upacara keagamaan, pernikahan, atau kematian. Tapi yaa... beberapa orang tua masih pakai kain sehari-hari sih...” kata saya sambil makan cherry pie buatannya.

Dan juga nggak ada yang nyangka kalau negara kita yang maha luas ini punya beragam pakaian tradisional. Saya membawakan 1 pak kartu pos dari Kementerian Pariwisata yang bergambar pakaian-pakaian tradisional dari beberapa provinsi. Mereka semua antusias melihat-lihat pakaian kita, beberapa bahkan sangat penasaran dengan detail-detail yang dipakai. Lotte meminta saya menjelaskan baju dari Kalimantan Barat, her favorite. Saya pun bingung ngejelasinnya gimana, pokoknya saya jelaskan saja, hiasan dan motif Kalimantan biasanya terinspirasi dari hewan dan tumbuhan. Makannya hiasan kepalanya sering berasal dari bulu burung dan motif pakaian pun keseringannya motif burung atau tanaman. Lain dengan Ewa, teman Polandia saya, dia langsung bertanya saya berasal dari provinsi mana. Lalu saya ambilkan kartu pos Sumatera Barat dan menjelaskan hiasan tanduk kerbau yang dipakai sang model dan makna di balik simbol tanduk itu.
So, you will wear this when you get married?” tanyanya, menempelkan kartu pos tersebut di kulkasnya.
Maybe.” Hahaha, tapi kapan?

Lingkungan
Hal yang lucu adalah ketika saya bertanya “Disini nggak pernah ada nyamuk yah? Enak banget sih!” Sebelum menjawab, biasanya mereka cengar-cengir dulu. “Nggak, nggak ada nyamuk seekor pun, bahkan kalau ke hutan”. Saya juga diketawain Jenny, teman Jerman, karena saya buru-buru nutup jendela karena takut banyak nyamuk. “Disini nggak ada nyamuk!” katanya. Jujur saja, ada 2 hal yang saya kangenin dari tinggal di Eropa: nggak ada nyamuk dan air kerannya bisa diminum.
Saya ditanya-tanya Laura, cewek cantik asal Romania yang menjadi host di Praha, tentang hewa-hewan yang ada di Indonesia.
Do you have elephants?”
Yes.
Whoa. Do you have rhinoceros?”
Yes.”
So nice! Do you have tigers?
Yes.” Saya pengen ketawa sendiri melihat antusiasmenya. Yaelah, gini doang ajah... Lalu saya perlihatkan gambar pembagian garis Weber dan Wallace yang memetakan kekayaan fauna Indonesia. Dia langsung kegirangan.
We only have bears in Romania!” haha, kecian deh loh.

Geografi
Yang paling berkesan ngomongin tentang geografi Indonesia adalah ketika bersama Jarek dan Marta, teman Polandia, karena mereka berdua hikers sejati dan suka melakukan aktivitas geocaching saat senggang.
Do you have volcanoes?” tanya Jarek.
Yes, we have plenty of them!” kata saya antusias. Lalu membuka Google dan memperlihatkan peta ring of fire di mana Indonesia menjadi persimpangannya sehingga mengakibatkan rawan gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Saya ceritakan tragedi gunung meletus di Merapi, Sinabung, dan Lokon serta gambar-gambarnya. Lalu saya ceritakan kita kehilangan sekitar 100.000 orang di tsunami Aceh.
Move here! You live in a dangerous country!” kata Jarek, ekspresinya lucu.
But, I love my country!” Lalu saya perlihatkan yang bagus-bagusnya seperti pemandangan dari puncak gunung, pantai berpasir putih, dan kekayaan budaya kita.

Makanan
Buah adalah topik utama pembicaraan karena orang Eropa suka makan buah dan sayuran. Di saat saya happy berat pertama kali nyobain plum, peach, raspberry, cherry dan blackberry asli sana, mereka antusias nanya buah tropis. Rambutan, duren, belimbing, buah naga, manggis, markisa adalah buah-buah yang sangat asing buat mereka. Pas mereka bilang juga punya pisang, saya tanya balik.
“Pisang di sini cuma 1 jenis kan? Just BANANA. Kita punya macem-macem, ada yang gede, kecil, bahkan ijo.” Kicep deh mereka, haha.

Karena saya datang, Raul dan Laura membelikan saya nanas untuk dimakan bersama. Karena Laura cuma ngeliat video dari YouTube bagaimana cara mengupas dan memotong nanas yang bukan ala Indonesia, saya lalu ngasi instruksi cara mengupasnya. Capek ngasi tahu, “Sini deh, gue aja yang motong.” Lalu kami mulai ngebahas duren. Buah eksotis yang baunya bikin semua bule nyerah. Saya lihatin video orang-orang Amerika yang nyoba duren untuk pertama kalinya.
“Lah, emang baunya gimana sih?” tanya Raul.
“Susah dijelasin. Banyak yang bilang, perpaduan antara kaos kaki dan WC umum,” jawab saya ketawa geli.
“Dan lo doyan?” tanya Laura.
“Enak lho! Nanti kalo lo ke Indonesia, gue ajak makan duren!”
Sehari-hari makan bareng Lena, host di Berlin, yang seorang vegetarian, saya makan makanan vegetarian yang luar biasa enak. Yang biasanya saya nggak suka makan terong, masakan buatan Lena dari terong jadi enak banget.
“Orang Indonesia sih apa aja dimakan. Kalo makan sapi, mulai dari otak, lidah, kaki, usus, sampai buntutnya kami makan!”
Lalu Lena ngejelasin, sebagai seorang vegetarian, dia sangat mendukung makanan seperti itu karena tidak ada bagian dari sapi yang dibuang. Saya lalu bercerita makanan aneh yang ada di bagian Indonesia seperti anjing, kelelawar, ular, buaya, dan ekspresi jijiknya bener-bener mewakili.

Pariwisata
Ini hal yang nggak bosen-bosennya saya omongin bareng orang luar. Kekayaan potensi pariwisata kita mulai dari pantai, gunung, sungai, hutan tropis, terumbu karang sering saya kasih lihat gambarnya ke teman-teman saya. Dan akhirnya membuat mereka penasaran pengen ke Indonesia. Highlight promosi saya biasanya Pulau Komodo, walaupun saya sendiri belum pernah ke sana. Mereka suka takut pas saya bilang, “Komodo itu serem loh! Dia larinya cepat, liurnya bisa menginfeksi, bisa manjat, dan bisa berenang!” Tapi pas saya lihatin landscape Pulau Rinca di sana, mereka jadi antusias pengen ke sana juga.

Saya bangga menjadi orang Indonesia dengan segala kebaikannya. Cuma paspor dan pemerintahan yang bikin saya senewen jadi warga negara karena mengganggu karir traveling. Biasanya saya suka pesimis dengan Indonesia di masa depan karena pemerintahan kita yang korup. Tapi kalau melihat berita positif di media dan rencana-rencana Ahok dan Jokowi di masa depan untuk Jakarta dan Indonesia, saya percaya kita berada di jalan yang benar. Sekarang, tinggal bagian kita untuk mendukung mereka dan bekerja sesuai keahlian kita masing-masing, untuk Indonesia. Dirgahayu.
Read More
Disclaimer: tulisan ini bukan promosi. Wong saya juga nggak mampu beli, hehehe

Kalau lagi traveling, saya sering membawa peralatan yang membuat perjalanan saya semakin nyaman dan mudah. Misalnya eyeshades, sarung tangan, pulpen, headset, dompet paspor, dll. Biasanya barang-barang itu saya taruh di carry-on atau di kantong-kantong terluar supaya aksesnya mudah. Kadang, karena banyak yang dibawa, saya pun sering kehilangan barang-barang tersebut karena tercecer *padahal mah emang ceroboh*. Makanya saya sering bawa jaket yang kantongnya banyak, tapi pas dipake, jadi gembung-gembung sana-sini. Jelek keliatannya. 

Lagi iseng browsing internet, saya menemukan 1 proyek fundraising dari website Kickstarter, salah satu website crowdfunding yang sudah mengglobal. Dan saya menemukan proyek pakaian yang paling banyak didanai, yaitu Baubax Travel Jackets! Lalu saya ngintip rekening tabungan dan meratapi nasib karena saya nggak bisa beli jaket super keren ini.
Photo courtesy of Baubax
Kenapa Baubax? Padahal kan sudah banyak travel jacket yang punya banyak fitur juga? Menurut pendapat saya, Baubax itu spesial karena fitur yang dia punya tidak hanya kantong yang banyak dan multifungsi seperti jaket lain. Tetapi dia juga punya banyak kantong, kantong tablet, tempat kacamata, retsleting yang juga berfungsi sebagai pulpen, stylus, dan pembuka botol sekaligus, sarung tangan built-in, dan neck pillow-nya yang gampang ditiup dan dikempesin. Makanya banyak yang bilang jaket ini kayak swiss army knife versi jaket! 

Selain itu, jaket ini juga punya 4 model: windbreaker, sweatshirt, bomber, dan blazer. Bukan blazer biasa, tapi wrinkle-free blazer
Photo courtesy of Baubax 
Model jaketnya keren ya? Saya ngincer yang bomber ituuuh! Nggak usah lama-lama, cek video-nya di sini

Gimanah? Bikin ngiler nggak sih! Ide pembuatan jaket ini diciptakan oleh Yoganshi Shah, lulusan Master of Engineering and Applied Science dari Columbia University yang sehari-hari bekerja sebagai developer dan designer. Sekarang, untuk pengelolaannya, Hiral Sanghavi, kandidat MBA dari Kellogg School of Management, bertindak sebagai CEO-nya. 

Sampai tulisan ini di-publish, sudah ada 20.521 orang yang sudah ikutan mendanai proyek ini, dengan total pengumpulan sebesar lebih dari USD 3.800.000 dari target awal yang "cuma" USD 20.000. Berminat pre-order? Silakan masuk ke link ini. Untuk pendanaan termurah yaitu USD 119, kamu bisa dapat model jaket sweatshirt, belum termasuk USD 20 biaya pengiriman ke Indonesia. Lalu kalau mau beli yang model windbreaker atau bomber USD 129, lalu blazer seharga USD 149. Harga ini sudah terbilang lebih murah karena kalau tidak pre-order dari Kickstarter, model sweatshirt saja bisa USD 160. Jauh lebih mahal. Ya iya, tapi nggak ada uangnya, hiks...

Verdict?
Kondisi finansial berbanding terbalik dengan kemupengan. Sekian.
Read More
Previous PostOlder Posts Home