Myanmar. Well, mungkin sebagian dari teman-teman saya mengangkat alis tinggi-tinggi ketika dengar saya akan solo backpacking ke Myanmar. "Ada apaan di sana?" Jujur aja, sebelum berangkat, saya terus-terusan mikir, "Lah, ngapain sih lu beli tiket ke Yangon? Sendirian lagi!" Tiket 500 ribu pulang pergi itu sangat menggoda, anak muda! Bodo amat, berangkat aja, masalah di sana, dipikirin nanti aja. Dengan modal informasi yang nggak terlalu banyak, pergilah saya ke Yangon dengan transit di Kuala Lumpur. Di Kuala Lumpur, saya nggak hanya dapat gigitan kutu kasur di Fernloft Hostel KL, tapi saya juga baru nyadar kalo USD yang saya siapin ketinggalan di rumah! Walah, padahal USD adalah "modal" awal saya untuk survive di sana karena saya gak tahu ATM saya berfungsi atau enggak di sana. Hahaha, antara panik dan ngebego-begoin diri sendiri, saya akhirnya cuma bisa berdoa, kartu ATM saya dan mesin ATM di bandara Yangon baik-baik saja sehingga saya bisa tarik uang dalam kyat.

Hari 1: Jakarta - Kuala Lumpur (by Lufthansa)
Akomodasi: Fernloft Hostel KL, gak recommended. Petugasnya judes, area sarapannya jorok, kasurnya banyak kutunya. The worst.

Hari 2: Kuala Lumpur - Yangon (by AirAsia)
Begitu sampai di bandara Yangon, saya super excited melihat orang-orang lokal yang memakai longyi berdiri berjejeran menunggu yang dijemput. Bahkan petugas custom menyapa saya dengan bahasa lokal karena muka orang Indonesia sangat mirip dengan muka orang Myanmar. Saya langsung mencari ATM dan memasukkan kartu dengan harap-harap cemas. Duh, gimana kalo gak bisa? Ternyata mesin ATM-nya rusak. Walah, saya nggak punya uang sepeser pun, semua uang ada di tabungan dan bego banget saya ninggalin USD di rumah. Saya lalu keluar mencari ATM lain dan mencoba menarik uang. Thank God it worked! Selesai urusan duit, saya keluar dengan hepi dan mencari taksi.

Taksi dari RGN ke Terminal Bus Antar Kota Aung Mingalar: MYK 6.000. Kalau mau ke kota-kota tujuan utama di Myanmar seperti Inle Lake, Bagan, dan Mandalay, naik busnya dari terminal ini.

Tiket bus dari Yangon ke Mandalay (Elite bus): MYK 10.700. Bus malam yang sampai di Mandalay besok paginya, 9 jam perjalanan darat dengan jalan yang belum muluss... Dapet selimut, bantal, dan refreshing kit (odol, sikat gigi, dan tisu basah).

Bekal di bus, roti 2 buah MYK 1.300

Bus malam dari Yangon ke Mandalay
Hari 3: Mandalay
Dengan mata beler karena nggak tidur, saya turun dari bus pukul 4 pagi dan bingung mau ke hotel mana pagi buta begini. Karena saya sudah mencatat alamat-alamat hotel yang mau saya jadikan tempat menginap, saya langsung nyamperin supir taksi yang mana aja dan bilang saya mau ke Royal Yadanarbon Hotel. Bukannya saya nggak punya spirit backpacker naik taksi melulu, soalnya di Myanmar, transportasi umum untuk turis masih susah untuk dimengerti dan kurang manusiawi. Pokoknya kalo ke Myanmar, berasa banget waktu seakan berhenti, peradaban modern belum masuk ke sini, kecuali ponsel dan internet (yang juga terbatas di hotel saja). 

Taksi ke Royal Yadanarbon Hotel: MYK 4.000
Royal Yadanarbon Hotel, 1 malam: MYK 22.000 atau USD 20

Hotel ini sangat recommended walaupun letaknya agak melipir di pinggir kota. Concierge-nya baik banget, membolehkan saya check-in pagi buta, padahal biasanya kan baru bisa check-in jam 13.00. Sarapan enak dengan teh khas Myanmar yang super nikmat. Sarapan ini saya dapatkan dua kali karena saya nyampe pagi buta, padahal saya hanya sewa kamar 1 malam, ehehehe. Mereka juga membantu saya mem-booking transportasi ke Bagan untuk keesokan harinya. Oh, dan mereka juga mencarikan ojek harian yang bisa saya sewa. Pokoknya mereka berusaha yang terbaik untuk melayani tamu-tamu hotel. Kamar yang bersih, baru, dan rapi. Daaan... internetnya jalan, itu yang penting. 

Ojek harian Mandalay: MYK 12.000 (seharian)

Ojek ini saya pakai untuk melihat yang penting-penting Mandalay, dimulai dari Mandalay Palace, Mandalay Hills, U-Bein Bridge, sampai ke tempat-tempat workshop patung Buddha dan kertas emas. 

Donasi pagoda di Mandalay Hills MYK 100
Donasi Mahamuni Pagoda MYK 500
Donasi titip sepatu MYK 200
Makan siang MYK 1.000
Parkir MYK 200

Irrawady River, lagi musim kering, jadi cukup surut

Mandalay Hills

Enaknya punya ojek pribadi, bisa dijadiin fotografer seharian, haha
U-Bein Bridge
Hari 4: Mandalay - Bagan
Pagi-pagi saya check out dan sarapan. Hari ini saya akan ke kota gersang sekaligus sangat bersejarah bagi Myanmar: Bagan. 

Tiket masuk kawasan Bagan: MYK 22.000 (deuuu, mahalnya)

Karena waktu saya sempit banget, makanya saya langsung sewa delman buat nganterin saya ke pagoda-pagoda terpenting di Bagan dan nungguin saya nunggu sunset di puncak pagoda.

Sewa delman seharian: MYK 20.000 (worth every kyat, abangnya lucu dan baik banget)
Makan siang: MYK 2.500

Bagan, sesuatu banget kota ini. Tapi masuknya mahal, hiks :'(
Tipikal transportasi umum di Myanmar, yang ini ukurannya sedang.

Malamnya saya langsung cabut naik bus malam ke Yangon, sempet ketemu dengan rombongan backpacker Indonesia juga dan jadi teman perjalanan sampai Yangon. 

Tiket bus malam ke Yangon dari Bagan: MYK 18.500, Busnya kece, VIP dengan formasi tempat duduk 2-1, dapet snack dan minuman dari pramugarinya, ehehehe.

Hari ke 5: Yangon

Hostel yang saya pilih letaknya dekat Botataung Pagoda, namanya Hninn Si Budget Inn. Hostel ini basic, tapi yang nggak saya suka adalah dinding antar kamarnya adalah kayu, jadi kita bisa mendengar riuh orang dari luar atau kamar sebelah. Internetnya lumayan kenceng dan saya boleh check in lebih awal karena bus saya nyampe pagi buta. Saya jalan kaki muter-muter sampai ke Bogyoke Market, dari sana saya ke Shwedagon Pagoda, pagoda terbesar di Myanmar. 

Taksi dari terminal bus ke Hninn Si Budget Inn: MYK 4.000
Makan siang: MYK 2.500
Taksi ke Shwedagon Pagoda: MYK 2.000
Tiket masuk Shwedagon Pagoda: MYK 8.000
Makan malam: MYK 3.500
Shwedagon Pagoda

Weekend paling seneng sembahyang di kuil :))

Kiri, gedung putih: Bogyoke Market
Hari ke 6: pulang!

Sum up: itinerary saya adalah Jakarta - Kuala Lumpur - Yangon - Mandalay - Bagan - Yangon - Kuala Lumpur - Jakarta.

Semoga bermanfaat!

-@travelitarius next destination: Manila
Read More
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home