This is the post you've been looking for!

Karena saya capek ngejawab pertanyaan yang sama "Habis berapa lo?" dari orang-orang, akhirnya saya memutuskan untuk membuat post ini. Buat yang baru pertama kali baca blog ini, mohon rincian per hari dibaca dulu dengan label "15 Euros Per Day". 

Karena budget per hari cuma EUR 15 : 15 x 50 hari = EUR 750. Saya bawa cash EUR 750 euro dan USD 250 untuk dana darurat. 

SPENTCARRY32010605
1623289215777713
Tiket pesawatAirport tax Cengkareng150000150000
CGK-KUL-CGKJT1178900Logistik dan transportasi per hariEUR15/day12000000
KUL-CDG-KULMH10282000Tukar uang di PolandiaUSD50585349
Travel Insurance LippoUSD 91.91035805Tukar uang di CzechUSD50585349
Visa Schengen950000Tukar uang di ItaliaUSD1001170699
Ground TransportationTarik tunai di KroasiaHRK200455787
PAR-AMS MegabusGBP12.50244082Tarik tunai di PrancisEUR50830529
AMS-BRU MegabusGBP12.50244082
BRU-AAC Go Pass 1EUR7.80128075
4 trip PolskiBus POZ-WAW-KRA-WROPLN157625588
2 trip Student AgencyCZK430260744
1 trip Student AgencyEUR9150340
Booking Venice hostelGBP4.3187791
1 trip iDBUS ke ParisEUR35570711
1 trip DRD ke VeniceEUR25409981
Booking Milan hostelGBP3.1864793

Yep, total pengeluaran sebesar Rp 32.000.000 untuk backpacking 50 malam di Eropa. Saya membagi dua pengeluaran, spent dan carry. Spent adalah jenis pengeluaran yang dibayar lunas sebelum atau ketika traveling, kebanyakan pakai kartu kredit, seperti Ground Transportation. Carry adalah jenis pengeluaran dengan membayar uang cash yang dibawa, termasuk tarik tunai darurat di Kroasia dan Paris.

Gimana, murah atau mahal? Ada pertanyaan atau komen? Isi di bawah ya! :)

-@travelitarius I'm possible
Read More
Kadang, tiket pesawat bisa memakan setengah dari budget jalan-jalan kita. Apalagi destinasi wisata kita yang jauh banget seperti Eropa atau Amerika Serikat. Minimal biaya yang harus kita keluarkan hanya untuk tiket pesawat adalah USD 800, itupun kalo dapet harga promo. Dulu AirAsia X pernah melayani rute Kuala Lumpur ke Paris direct yang kalo promo, kita bisa dapet 6 jutaan sudah pulang pergi. Murah banget kan! Tapi rute tersebut sudah ditutup, mau enggak mau kita harus pakai full board airlines.

Untuk tujuan Eropa, harga murah tiket pp full board airlines ada di kisaran USD 800 - 1100, kurang dari itu, langsung sikat beli aja! Lebih dari itu, cari alternatif lain. Saya sendiri mendapatkan tiket pulang pergi Kuala Lumpur ke Paris direct menggunakan Malaysia Airlines seharga 10 jutaan rupiah, kalau ditambah Jakarta ke Kuala Lumpur yang 1 jutaan, harga totalnya masih masuk budget saya yang USD 1000 (asumsi USD 1 = Rp 12.000). Nah, gimana caranya supaya kita bisa dapet tiket di kisaran harga tersebut? 

1. Maskapai Timur Tengah seperti Emirates, Qatar, Saudi Arabian, dan Etihad biasanya lebih harganya lebih murah daripada maskapai Eropa atau Asia seperti Air France, British Airways, KLM, Lufthansa, Singapore Airlines, Cathay Pacific, atau Garuda Indonesia. Tapi ini nggak selalu pasti, seringkali saya sering mendapatkan harga tiket pp Jakarta ke Frankfurt seharga USD 700-an dari Lufthansa, tapi jangka waktu pembeliannya lebih dari 3 bulan, kalau belum confident dapat visa, pembelian impulsive seperti itu bisa berisiko karena visa belum tentu dapet. Kalau kamu yakin dapat visa sampai 70%, beli saja. 

2. Sesuaikan periode terbang dengan musimnya. Misalnya, bulan Juni sampai Agustus adalah musim liburan, makanya harga tiketnya juga akan lebih mahal karena permintaan tinggi. Pilihlah musim sepi (low season) seperti dari bulan Desember ke Maret. 

3. Manfaatkan website pencari tiket multi maskapai seperti www.skyscanner.co.id atau www.kayak.com yang bisa ngasi alternatif harga. Saya pernah nemu tiket murah banget dari Vietnam Airlines dan Saudi Arabia tujuan Eropa, 8 jutaan rupiah saja, dari website seperti ini. Skyscanner bahkan bisa merekomendasikan tanggal harga murah sepanjang tahun. Sementara Kayak punya fitur "explore" yang bisa nampilin semua harga ke semua tujuan di dunia kalau kita memasukkan tanggal dan kota keberangkatan. Bagus banget untuk compare kota tujuan di Eropa karena selisihnya bisa lumayan banget lho! 
Fitur explore Kayak.com
4. Jangan lupa juga, sign up newsletter dari semua maskapai besar. Walaupun maskapai full board, kalau sedang promo, harganya bikin ngiler juga loh! 

5. Datangi travel fair. Travel fair favorit saya adalah Astindo Travel Fair yang biasa diadakan setiap tahun di bulan Maret karena partnership maskapainya sangat banyak sehingga banyak tiket murah! Seringnya, Qatar Airways menawarkan tiket pp ke Eropa di kisaran USD 800-an. Happy Hour-nya Garuda Travel Fair juga oke kok, temen saya pernah dapet tiket ke Jepang 6 jutaan pp, Garuda lagi. 

6. Baca koran, khususnya Kompas Kamis, hari di mana informasi traveling banyak dimuat. Seringnya, para travel agent pasang iklan untuk promosi harga tiket kalau beli dari mereka. Kalau dapat yang diminati, langsung kontak travel agent tersebut di cabang terdekat. Kadang, harga yang tercantum di koran belum termasuk pajak ya, hubungi travel agent untuk informasi jelasnya. 

7. Saya sarankan apply visa nggak terlalu mepet, 3 bulan sebelumnya kamu sudah bisa mengajukan aplikasi visa. Nah, jika sudah dapat, dalam rentang waktu 3 bulan itu kita masih sempat cari tiket murah dan pilihan harga masih banyak. Seringnya, kalau beli mepet, harganya sudah beda jauh atau kursinya habis, apalagi pas musim liburan.

8. Sering-sering eksperimen cari tiket murah di Skyscanner atau Kayak dengan memodifikasi kota keberangkatan atau kota tujuan. Misalnya, saya mendapatkan tiket murah dari Kuala Lumpur ke Paris menggunakan Malaysia Airlines dengan harga jauh lebih murah dari pada berangkat dari Jakarta. Etihad juga sering murah kalau berangkat dari Kuala Lumpur. Kalau dari Singapore, yang termurah adalah FinnAir dengan transit di Helsinki, direct dari Changi. Sementara untuk kota tujuan, ganti-ganti dengan Paris, Roma, Amsterdam, Frankfurt, Brussels, Budapest, Oslo, atau Milan. Trust me, salah satu dari mereka bisa selisih lumayan dengan yang lain.

Tiket murah itu ada, tinggal kitanya aja yang pinter nemuin jarum di tumpukan jerami. Duileh. Haha.

-@travelitarius google it before ask, agree?
Read More
Berhubung saya baru saja diterima menjadi mahasiswa pascasarjana yang menjunjung tinggi nasionalisme dan identitas bangsa *cie*, di hari kemerdekaan ini saya pengen bercerita tentang nasionalisme yang saya bawa ketika di luar negeri. Ada yang bilang, nasionalisme orang Indonesia paling keliatan banget pas pertandingan olahraga, apalagi sepak bola, apalagi kalau lawan Malaysia. Tapi menurut saya, saat jalan-jalan pun, kita pasti ngerasa nasionalisme lebih tinggi dibandingkan ketika di negara sendiri. 

Karena saya banyak mendapatkan teman selama di Eropa karena Couchsurfing, saya jadi punya kesempatan mempromosikan Indonesia ke mereka. Kalau lagi ngomongin Indonesia, pasti ada aja yang lucu dari pendapat orang luar tentang negara kita. Untungnya, orang Eropa itu sangat pintar-pintar, jadi nggak ada tuh pertanyaan, “Where is Indonesia?”: pertanyaan yang akan muncul kalau kita ngobrol dengan orang Amerika (no stereotype, cuma statistically speaking). Tapi mereka pasti akan mengatakan hal yang sama: “Your country is very big!”. Yaiyalah, 17 ribu pulau gitu loh.

Pakaian
Umumnya, Indonesia sering dikaitkan dekat dengan India secara kultural. Misalnya ketika Francois, host saya di Paris menanyakan apa yang kita pakai sehari-hari, apakah kaos dan celana panjang yang sedang saya pakai waktu itu atau kain seperti orang India.
“Ya enggaklah, kain biasanya kami pakai untuk memakai pakaian tradisional, yang seringnya dipakai pada upacara keagamaan, pernikahan, atau kematian. Tapi yaa... beberapa orang tua masih pakai kain sehari-hari sih...” kata saya sambil makan cherry pie buatannya.

Dan juga nggak ada yang nyangka kalau negara kita yang maha luas ini punya beragam pakaian tradisional. Saya membawakan 1 pak kartu pos dari Kementerian Pariwisata yang bergambar pakaian-pakaian tradisional dari beberapa provinsi. Mereka semua antusias melihat-lihat pakaian kita, beberapa bahkan sangat penasaran dengan detail-detail yang dipakai. Lotte meminta saya menjelaskan baju dari Kalimantan Barat, her favorite. Saya pun bingung ngejelasinnya gimana, pokoknya saya jelaskan saja, hiasan dan motif Kalimantan biasanya terinspirasi dari hewan dan tumbuhan. Makannya hiasan kepalanya sering berasal dari bulu burung dan motif pakaian pun keseringannya motif burung atau tanaman. Lain dengan Ewa, teman Polandia saya, dia langsung bertanya saya berasal dari provinsi mana. Lalu saya ambilkan kartu pos Sumatera Barat dan menjelaskan hiasan tanduk kerbau yang dipakai sang model dan makna di balik simbol tanduk itu.
So, you will wear this when you get married?” tanyanya, menempelkan kartu pos tersebut di kulkasnya.
Maybe.” Hahaha, tapi kapan?

Lingkungan
Hal yang lucu adalah ketika saya bertanya “Disini nggak pernah ada nyamuk yah? Enak banget sih!” Sebelum menjawab, biasanya mereka cengar-cengir dulu. “Nggak, nggak ada nyamuk seekor pun, bahkan kalau ke hutan”. Saya juga diketawain Jenny, teman Jerman, karena saya buru-buru nutup jendela karena takut banyak nyamuk. “Disini nggak ada nyamuk!” katanya. Jujur saja, ada 2 hal yang saya kangenin dari tinggal di Eropa: nggak ada nyamuk dan air kerannya bisa diminum.
Saya ditanya-tanya Laura, cewek cantik asal Romania yang menjadi host di Praha, tentang hewa-hewan yang ada di Indonesia.
Do you have elephants?”
Yes.
Whoa. Do you have rhinoceros?”
Yes.”
So nice! Do you have tigers?
Yes.” Saya pengen ketawa sendiri melihat antusiasmenya. Yaelah, gini doang ajah... Lalu saya perlihatkan gambar pembagian garis Weber dan Wallace yang memetakan kekayaan fauna Indonesia. Dia langsung kegirangan.
We only have bears in Romania!” haha, kecian deh loh.

Geografi
Yang paling berkesan ngomongin tentang geografi Indonesia adalah ketika bersama Jarek dan Marta, teman Polandia, karena mereka berdua hikers sejati dan suka melakukan aktivitas geocaching saat senggang.
Do you have volcanoes?” tanya Jarek.
Yes, we have plenty of them!” kata saya antusias. Lalu membuka Google dan memperlihatkan peta ring of fire di mana Indonesia menjadi persimpangannya sehingga mengakibatkan rawan gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Saya ceritakan tragedi gunung meletus di Merapi, Sinabung, dan Lokon serta gambar-gambarnya. Lalu saya ceritakan kita kehilangan sekitar 100.000 orang di tsunami Aceh.
Move here! You live in a dangerous country!” kata Jarek, ekspresinya lucu.
But, I love my country!” Lalu saya perlihatkan yang bagus-bagusnya seperti pemandangan dari puncak gunung, pantai berpasir putih, dan kekayaan budaya kita.

Makanan
Buah adalah topik utama pembicaraan karena orang Eropa suka makan buah dan sayuran. Di saat saya happy berat pertama kali nyobain plum, peach, raspberry, cherry dan blackberry asli sana, mereka antusias nanya buah tropis. Rambutan, duren, belimbing, buah naga, manggis, markisa adalah buah-buah yang sangat asing buat mereka. Pas mereka bilang juga punya pisang, saya tanya balik.
“Pisang di sini cuma 1 jenis kan? Just BANANA. Kita punya macem-macem, ada yang gede, kecil, bahkan ijo.” Kicep deh mereka, haha.

Karena saya datang, Raul dan Laura membelikan saya nanas untuk dimakan bersama. Karena Laura cuma ngeliat video dari YouTube bagaimana cara mengupas dan memotong nanas yang bukan ala Indonesia, saya lalu ngasi instruksi cara mengupasnya. Capek ngasi tahu, “Sini deh, gue aja yang motong.” Lalu kami mulai ngebahas duren. Buah eksotis yang baunya bikin semua bule nyerah. Saya lihatin video orang-orang Amerika yang nyoba duren untuk pertama kalinya.
“Lah, emang baunya gimana sih?” tanya Raul.
“Susah dijelasin. Banyak yang bilang, perpaduan antara kaos kaki dan WC umum,” jawab saya ketawa geli.
“Dan lo doyan?” tanya Laura.
“Enak lho! Nanti kalo lo ke Indonesia, gue ajak makan duren!”
Sehari-hari makan bareng Lena, host di Berlin, yang seorang vegetarian, saya makan makanan vegetarian yang luar biasa enak. Yang biasanya saya nggak suka makan terong, masakan buatan Lena dari terong jadi enak banget.
“Orang Indonesia sih apa aja dimakan. Kalo makan sapi, mulai dari otak, lidah, kaki, usus, sampai buntutnya kami makan!”
Lalu Lena ngejelasin, sebagai seorang vegetarian, dia sangat mendukung makanan seperti itu karena tidak ada bagian dari sapi yang dibuang. Saya lalu bercerita makanan aneh yang ada di bagian Indonesia seperti anjing, kelelawar, ular, buaya, dan ekspresi jijiknya bener-bener mewakili.

Pariwisata
Ini hal yang nggak bosen-bosennya saya omongin bareng orang luar. Kekayaan potensi pariwisata kita mulai dari pantai, gunung, sungai, hutan tropis, terumbu karang sering saya kasih lihat gambarnya ke teman-teman saya. Dan akhirnya membuat mereka penasaran pengen ke Indonesia. Highlight promosi saya biasanya Pulau Komodo, walaupun saya sendiri belum pernah ke sana. Mereka suka takut pas saya bilang, “Komodo itu serem loh! Dia larinya cepat, liurnya bisa menginfeksi, bisa manjat, dan bisa berenang!” Tapi pas saya lihatin landscape Pulau Rinca di sana, mereka jadi antusias pengen ke sana juga.

Saya bangga menjadi orang Indonesia dengan segala kebaikannya. Cuma paspor dan pemerintahan yang bikin saya senewen jadi warga negara karena mengganggu karir traveling. Biasanya saya suka pesimis dengan Indonesia di masa depan karena pemerintahan kita yang korup. Tapi kalau melihat berita positif di media dan rencana-rencana Ahok dan Jokowi di masa depan untuk Jakarta dan Indonesia, saya percaya kita berada di jalan yang benar. Sekarang, tinggal bagian kita untuk mendukung mereka dan bekerja sesuai keahlian kita masing-masing, untuk Indonesia. Dirgahayu.
Read More
Disclaimer: tulisan ini bukan promosi. Wong saya juga nggak mampu beli, hehehe

Kalau lagi traveling, saya sering membawa peralatan yang membuat perjalanan saya semakin nyaman dan mudah. Misalnya eyeshades, sarung tangan, pulpen, headset, dompet paspor, dll. Biasanya barang-barang itu saya taruh di carry-on atau di kantong-kantong terluar supaya aksesnya mudah. Kadang, karena banyak yang dibawa, saya pun sering kehilangan barang-barang tersebut karena tercecer *padahal mah emang ceroboh*. Makanya saya sering bawa jaket yang kantongnya banyak, tapi pas dipake, jadi gembung-gembung sana-sini. Jelek keliatannya. 

Lagi iseng browsing internet, saya menemukan 1 proyek fundraising dari website Kickstarter, salah satu website crowdfunding yang sudah mengglobal. Dan saya menemukan proyek pakaian yang paling banyak didanai, yaitu Baubax Travel Jackets! Lalu saya ngintip rekening tabungan dan meratapi nasib karena saya nggak bisa beli jaket super keren ini.
Photo courtesy of Baubax
Kenapa Baubax? Padahal kan sudah banyak travel jacket yang punya banyak fitur juga? Menurut pendapat saya, Baubax itu spesial karena fitur yang dia punya tidak hanya kantong yang banyak dan multifungsi seperti jaket lain. Tetapi dia juga punya banyak kantong, kantong tablet, tempat kacamata, retsleting yang juga berfungsi sebagai pulpen, stylus, dan pembuka botol sekaligus, sarung tangan built-in, dan neck pillow-nya yang gampang ditiup dan dikempesin. Makanya banyak yang bilang jaket ini kayak swiss army knife versi jaket! 

Selain itu, jaket ini juga punya 4 model: windbreaker, sweatshirt, bomber, dan blazer. Bukan blazer biasa, tapi wrinkle-free blazer
Photo courtesy of Baubax 
Model jaketnya keren ya? Saya ngincer yang bomber ituuuh! Nggak usah lama-lama, cek video-nya di sini

Gimanah? Bikin ngiler nggak sih! Ide pembuatan jaket ini diciptakan oleh Yoganshi Shah, lulusan Master of Engineering and Applied Science dari Columbia University yang sehari-hari bekerja sebagai developer dan designer. Sekarang, untuk pengelolaannya, Hiral Sanghavi, kandidat MBA dari Kellogg School of Management, bertindak sebagai CEO-nya. 

Sampai tulisan ini di-publish, sudah ada 20.521 orang yang sudah ikutan mendanai proyek ini, dengan total pengumpulan sebesar lebih dari USD 3.800.000 dari target awal yang "cuma" USD 20.000. Berminat pre-order? Silakan masuk ke link ini. Untuk pendanaan termurah yaitu USD 119, kamu bisa dapat model jaket sweatshirt, belum termasuk USD 20 biaya pengiriman ke Indonesia. Lalu kalau mau beli yang model windbreaker atau bomber USD 129, lalu blazer seharga USD 149. Harga ini sudah terbilang lebih murah karena kalau tidak pre-order dari Kickstarter, model sweatshirt saja bisa USD 160. Jauh lebih mahal. Ya iya, tapi nggak ada uangnya, hiks...

Verdict?
Kondisi finansial berbanding terbalik dengan kemupengan. Sekian.
Read More
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home