Mengunjungi Museum Batik Kuno Danar Hadi Solo

No Comments
Jangan bilang Indonesia kurang punya museum yang keren dan tertata. Jika sedang berkunjung ke Solo, luangkan waktu untuk mendatangi House of Danar Hadi yang bertempat di Jalan Slamet Riyadi, jalan utama kota. Museum ini dijamin bisa membuat kita berujar, "Wah, museumnya keren banget!"

House of Danar Hadi adalah kompleks bangunan bersejarah yang digunakan untuk wisata budaya bertema batik. Kompleks ini terdiri dari galeri Danar Hadi, Museum Batik Kuno, Cafe Soga, dan multi function purpose hall Ndalem Wuryaningratan. 
Tampak depan House of Danar Hadi (HDH)
Kompleks ini merupakan bangunan cagar budaya, yang dulunya adalah kediaman cucu dari Pakubowono IX dan kediaman menantu Pakubuwono X. Kediaman inilah yang menjadi bangunan utama yang mendominasi lahan kompleks yang disebut sebagai Ndalem Wuryaningratan. Gedung ini dibeli oleh H. Santosa Doellah, pemegang merek Danar Hadi, Sewaktu saya ke sana, saya tidak bisa memasuki bangunan tersebut karena hanya dibuka ketika ada hajatan.
Ndalem Wuryaningratan
Paling depan adalah galeri Danar Hadi yang menjual batik-batik berkualitas mulai dari kain, pakaian jadi, alas kaki, sampai pernak-pernik seperti boneka. Harganya? Mahal, tapi worth the price. Karena tujuan kami ke sana adalah mengunjungi museumnya, kami langsung ke gedung museum yang ternyata ada di pojok kiri belakang. 
Pintu masuk museum. Sampai dalam, udah gak boleh poto-poto
"Ada yang bisa dibantu?" tanya petugas museum, membuka pintu museum dan tersenyum kepada kami yang kebingungan di depan pintu. 
"Eh, iya, Pak," kata saya, "kami mau masuk ke museumnya."
"Sudah beli tiketnya?" 
"Belum," jawab kami dengan bodoh.
"Silakan dibeli di kasir depan dulu ya Mbak."

Oooh, ternyata harus beli tiket masuk dulu di gedung galeri yang menjual batik yang sebelumnya kami skip karena sok tau. Berbekal kartu mahasiswa, kami mendapatkan harga diskon, yaitu Rp 15.000 dari awalnya Rp 35.000. Hehehehe, the perks of being a student!

Semua rombongan yang masuk ke museum harus mengikuti guided tour. Wah keren kayak di Museum Kebudayaan Jawa Ullen Sentalu di Kaliurang Jogja. Bedanya, karena kami datang berempat, kami lebih intim dengan guide kami (cieh), namanya Mbak Inggit yang informatif banget. Guide kami berjilbab, memakai batik, berkacamata, medok, dan ayu, tipikal cewek Solo banget. 

Mulailah kami berkeliling selama 45 menit ke 11 ruangan yang ada di sana. Sewaktu ke sana, suasana sudah sepi sekali, padahal waktu itu hari Minggu jam 3 sore. Museum ini memegang rekor MURI sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak, sebanyak 10.000 helai. Namun tidak semua dipajang, yang dipajang ketika kami datang sekitar 600 helai saja. Dari semua itu, kain-kain dipajang bergantian. Kami dilarang mengambil foto dan menyentuh kain di dalam museum. Ruang pertama kami diceritakan tentang filosofi dan makna dari kain-kain yang dipakai raja-raja zaman dahulu. 

Batik-batik dipajang direntangkan di sebilah kayu dan dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Batik Solo, batik Jogja, batik Pekalongan, batik Madura, batik Lasem, batik Cirebon, batik Belanda, batik Cina, batik India. Saya suka sekali penataan di dalam museum ini, semuanya ditata dengan detail dan memperhitungkan estetika. Apalagi bangunan yang berciri Belanda dan gebyok-gebyok Jawa pembatas antar ruangan membuat kombinasinya makin cantik. 

Sebagian besar koleksi yang dipajang adalah koleksi milik pemilik Danar Hadi didapatkan dari pembelian dan menang lelang, jadi museum ini bisa dibilang museum swasta. Ada juga batik-batik hibah dari orang-orang penting di Indonesia, seperti mantan presiden dan pengusaha.

Di ruangan lain kita juga diperlihatkan alat dan bahan dalam membuat batik, seperti kain mori, lilin, warna celupan dari tumbuh-tumbuhan, serta berbagai macam jenis canting. Diperlihatkan pula step-by-step membuat sehelai batik, dari kain putih polos, pembuatan pola, menutup dengan malam, dicelup, diluruhkan, ditutup lagi dengan malam, dicelup lagi sampai warna yang diinginkan sudah keluar. Tak heran, sehelai kain batik tulis harganya bisa jutaan rupiah. 

Setelah guided tour selesai di ruang terakhir, kemudian kami tiba-tiba sudah di dalam galeri yang menjual batik. Rupanya pintu terakhir langsung nembus ke sana dan seketika Mbak Inggit mengunci pintu di belakang kami. Oalah.
Detail dinding samping Ndalem Wuryaningratan
Overall, saya suka sekali dengan museum ini. Inilah standar museum yang seharusnya ada di Indonesia. Walalupun harganya lebih mahal dari museum yang dikelola pemerintah, tapi kalau penataan dan guided tour-nya memuaskan pengunjung juga gak rugi bayar lebih mahal. 

Recommended! Harus dikunjungi kalo ke Solo!

Alamat:
Jl. Brigjen Slamet Riyadi 261, Surakarta
Tel.: 0271 714326

Jam Buka
Setiap hari, kecuali 17 Agustus dan hari-hari raya Islam
09.00 - 16.30

@travelitarius exam mode = ON
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 shouts

Post a Comment