Showing posts with label Travel Guide. Show all posts
Showing posts with label Travel Guide. Show all posts
Gak terasa, 2017 sudah di depan mata. Buat saya dan teman-teman traveler lainnya, biasanya langsung pantau tanggal merah untuk mengambil cuti. Tapi kadang, cuti yang diharapkan tidak bisa panjang, akhirnya kita yang sakau-sakau traveling ini akan memilih kota-kota di Pulau Jawa untuk berlibur. Gak perlu jauh-jauh dari Jakarta, kita bisa ke Kota Magelang yang bisa dicapai 6-8 jam dari ibukota. 

Berlibur ke Kota Magelang tentu menjadi pilihan menarik untuk memanfaatkan akhir pekan kamu, sekaligus mempelajari sejarah dan budaya. Belajar sejarah tidak hanya dari buku lho! Banyak tempat wisata sejarah dan budaya yang tersebar di penjuru Kota Magelang, yang bikin kamu seakan kembali ke masa lalu dan pastinya akan semakin mengenal Indonesia. 

Banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Kota Magelang, bukan sekedar berlibur tetapi mempelajari sejarah Indonesia melalui kunjungan wisata  ke candi-candi peninggalan zaman kerajaan Hindu-Budha. Kita jangan mau kalah dengan bule-bule itu... Inilah salah satu daya tarik Kota Magelang yang menjadikannya kota fenomenal dan terkenal sampai mancanegara karena menyimpan salah satu candi yang menjadi icon keajaiban dunia yaitu Candi Borobudur. Bahkan saya pernah nge-host Couchsurfer dari Singapura yang khusus jauh-jauh datang untuk melihat Candi Borobudur karena sejak kecil terobsesi dari gambar di buku!

Tak hanya wisata candi, Kota Magelang juga menawarkan banyak wisata alam seperti pegunungan, perbukitan, grojogan/air terjun dan wisata hutan pinus. Wisata religi dan wisata keluarga juga banyak ditemui di sana. Jadi bisa ajak anak, ponakan, sepupu, cucu, main ke sini!

Eit, sebelum liburan di sana, lebih baik mencari tempat menginap yang tempat menginap yang nyaman dan dekat dengan lokasi tujuan wisata karena kalo lagi musim liburan, kota ini dipadati dengan wisatawan sampai tumpah ruah. Jangan sampai sudah di sana baru mencari penginapan. Banyak hotel penginapan di sekitar lokasi wisata yang bisa di temukan pada Website Traveloka dengan standar internasional dan fasilitas serta pelayanan yang baik. Selain itu, kita bisa baca-baca review dari pelanggan sebelumnya sebelum menentukan pilihan sesuai budget.

Hotel-hotel di Kota Magelang juga cocok untuk business trip, sudah dilengkapi dengan meeting room yang sangat nyaman dan bisa menjadi tujuan utama saat melakukan perjalanan dinas sambil liburan. Selain itu, hotel-hotel di Kota Magelang juga sudah dilengkapi dengan fasilitas penyewaan transportasi dari dan ke bandara, penyewaan mobil, dan penyewaan sepeda. Hal tersebut tentu memudahkan para wisatawan menuju lokasi wisata dengan mudah harga yang cukup terjangkau. Tinggal datang ke reception, request, beres!

Kalau ditanya nanti sudah di Magelang melihat tempat wisata apa, berikut daftarnya!

Candi Borobudur
Candi Borobudur yang merupakan salah satu warisan budaya dunia ini adalah peninggalan kerajaan Budha yang dibangun pada masa wangsa Syailendra. Kemegahan dan keunikan arsitekturnya yang terbuat dari batu menjadi daya tarik luar biasa, mengingat pada masa dahulu kala masih menggunakan peralatan sederhana karena belum ada teknologi canggih. Candi yang dibangun sekitar 750 tahun sebelum Masehi ini memiliki 72 stupa. Stupa yang paling besar berada di puncak candi dan stupa lainnya mengelilingi candi sampai ke lantai dasar candi. Candi yang terdiri dari 7 tingkatan ini memiliki beberapa keunikan, salah satunya adalah adanya ukiran yang menggambarkan kisah Mahabarata yang merupakan kisah fiksi dalam kitab Mahabarata. Kisah ini menceritakan perang saudara antara Pandhawa dan Kurawa. Ah, saya yakin kalian semua sudah hafal dari pelajaran IPS, kan? hehe. Banyak sekali keunikan dari kemegahan candi ini sehingga UNESCO menjadikan Candi Borobudur sebagai salah satu UNESCO World Heritage.

Berikut penampakan kemegahan Candi Borobudur 
Courtesy Wikipedia.org
Candi Mendut
Candi Mendut adalah candi peninggalan kerajaan Budha yang terbuat dari batu bata berbalut batu alam. Candi yang dibangun sekitar abad ke 9 Masehi ini juga tak kalah fenomenalnya dengan Candi Borobudur. Menurut riwayat sejarah prasasti yang ada, candi ini dibangun untuk pemujaan dewa-dewa khayangan dan para bidadari. Keunikan dan ciri khas dari candi mendut ini terletak pada bentuk bangunan dan ukiran yang menggambarkan banyak dewa dan dewi. Kemegahan candi juga terlihat dari struktur bangunannya.


Courtesy of Wikipedia.org
Air Terjun Kedung Kayang
Air Terjun Kedung Kayang terletak di antara kaki Gunung Merapi dan Merbabu yang memiliki ketinggian sekitar 950 meter di atas permukaan laut. Air Terjun Kedung Kayang sangat deras dan dingin airnya menyegarkan. Tidak sulit menuju lokasi Air Terjun Kedung Kayang karena akses jalan sudah bisa dilalui mobil. Pemandangan alam yang indah dan hijau di sepanjang perjalanan menuju lokasi menciptakan suasana damai dan nyaman. Di sisi kanan dan kiri jalan menuju lokasi air terjun ini, banyak pedagang kuliner yang menjajakan makanan dan oleh-oleh khas Kota Magelang.

Courtesy of Fourlook.com
Taman Panca Arga
Taman Panca Agra adalah sebuah kawasan wisata di Kota Magelang yang sangat bagus untuk mengenang nilai-nilai nasionalisme dan sejarah kemerdekaan. Karena selain taman bermain, banyak peninggalan-peninggalan zaman Belanda yang tersimpan di Taman Panca Agra ini. Beberapa peninggalan tersebut antara lain meriam-meriam yang digunakan pada masa perang kemerdekaan dan tank-tank berukuran besar yang digunakan para serdadu Belanda. Berkunjung ke tempat ini bisa menjadi nostalgia jaman penjajahan. Widiiiwww...



Courtesy agusmulyadi.web.id
Gimana? Menarik kan, kita gak perlu jauh-jauh untuk bisa berlibur, cukup ke Kota Magelang dan menikmati lengkapnya pilihan wisata di sana.

-@travelitarius (masih) penelitian di Poso
Read More
Siapa di sini yang suka viewing point? *ngacung*. Siapa di sini yang suka gratisan? *ngacung*

Di sela ngumpulin niat untuk nulis tesis yang tak kunjung ada, kali ini saya menulis tentang viewing point gratisan di kota-kota Eropa yang pernah saya datangi. Melihat kota dari atas itu luar biasa, rasanya kecantikannya bertambah berkali lipat dan kita jadi punya perspektif baru dalam melihat suatu kota. Viewing point yang saya maksud adalah tempat tinggi yang dapat kita jadikan spot melihat kota dari atas.

Di mana-mana, yang namanya menuju ketinggian atau melihat sesuatu dari atas, pasti bayar. Naik ke Monas, bayar. Naik ke bar di pencakar langit Jakarta juga bayar. Apalagi naik Eiffel Tower? Nah, semoga panduan dari saya kali ini bisa membantu para desperate backpacker kayak saya untuk melihat kota dari atas, gratis. 

Paris
Di kota besar yang luar biasa cantik ini, ada dua tempat yang bisa kita datangi: Galeries Lafayette dan Basilica du Sacre Coeur.

Rooftop Galeries Lafayette: mal ini biasanya banyak orang Asia-nya karena mereka ras di dunia yang paling doyan belanja, hahaha. Bahkan saya pertama kali ketemu orang Indonesia di Eropa, ya pas di mal ini. Berbeda dengan mereka, saya nggak beli produk-produk fashion dan kecantikan yang mereka jual, tapi saya langsung cari eskalator menuju lantai teratas, rooftop-nya.
Opera, dilihat dari rooftop Lafayette
Teras Basilica du Sacre Coeur, di Montmartre: mengunjungi basilika ini plus-plus, gereja keren banget, view-nya oke punya, ada Moulin Rouge tempat berfoto di depannya, banyak toko-toko suvenir murah, dan suasana Montmartre ngangenin. Kalau kita ke basilika ini, kita akan cukup mendaki ke atas karena letaknya memang di bukit. Worth the energy, the view is stunning. Walaupun Eiffel Tower nggak kelihatan di horizonnya, tapi kita bisa melihat Paris dari atas dan gratis. 
Paris dari teras basilika, mendung karena sehabis hujan
Berlin
Gesunbrunnen Bunker: Ada 1 tempat gratis dan bersejarah yang bisa didatangi sewaktu di Berlin. Secara pribadi, saya belum pernah ke sini karena tidak sempat, but I googled it for you. Nama tempat itu adalah Gesundbrunnen Bunker, salah satu bunker Jerman yang masih bertahan berdiri tegak. Terhubung stasiun U-Bahn, jadi tempat ini gampang dicapai. Balkonnya di menara pantau paling atas bisa diakses gratis.
Menara pemantau di bunker (image courtesy of herbnl - Flickr account)
Wroclaw
Wroclaw University: Sebenernya karena host saya mahasiswa di sini, jadinya saya bisa diselundupin masuk ke menara tertinggi Wroclaw University, hehehe. Menarik banget muter-muter di dalam universitas ini. Duh, jadi kangen Eropa... :(
View dari puncak menara Wroclaw University
Praha
Prague Castle: Berkunjung ke Praha, harus mampir Prague Castle. Titik, gak ada tapi-tapi. Selain kompleks kastilnya luar biasa besar dan bersejarah, kita bisa muter-muter di dalemnya dan melihat view sebagus ini. Kalo beruntung. kita bisa nonton proses pergantian castle guard, mirip yang ada di Inggris. Kece berat, walaupun tentara Ceko. Loh.
View dari Prague Castle
Bratislava
Bratislava Castle: Saya perhatikan, hampir semua ibukota atau kota yang dulu pernah menjadi ibukota negara di Eropa Tengah atau Timur pasti memiliki kastil besar di puncak bukit, salah satunya di Bratislava. Nah, halaman-halaman kastil tersebut biasanya luas banget dan gratis, dari sini kita bisa melihat skyline kota. Tjakep.
View dari halaman Bratislava Castle, kalau naik ke menaranya pasti akan lebih bagus, tapi bayar :)
Budapest
Kompleks Buda Castle: karena Budapest terbagi menjadi dua, Buda dan Pest, lebih baik melihat kota ini dari sisi Buda yang berbukit. Sisi Pest datar saja tanpa ada bukit, sehingga kalau mau nyari viewing point pun harus dari puncak bangunan, yang pasti akan bayar. Ada 2 tempat yang bisa didatangi selain kompleks Buda Castle, yaitu Gellert Hegy.

Hanjeeer, Budapest emang my favorite city!
Gellert Hegy: artinya Gellert Hill, memang sebuat bukit menjulang setinggi 235 m (hampir dua kali tinggi Monas) menghadap Sungai Danube. Bukit ini dinamakan dari Saint Gerard yang dibunuh dari bukit ini menuju jurang di bawahnya. Sekarang di sekitar Gellert Hegy adalah rumah-rumah mewah milik pejabat dan duta besar yang bertugas di Budapest. Yaiyalah, view-nya aja priceless begitu.
Skyline Budapest dengan Sungai Danube yang memisahkan Buda (kiri) dan Pest (kanan)
Ljubljana
Ljubljana Castle: as mentioned above, a castle in the hill.

Roma
Terazza del Pincio: teras ini sebenernya adalah sebuah balkon yang menghadap ke Piazza san Popolo. Teras ini luas, saya suka berlama-lama di sini memperhatikan orang :)
Piazza del Popolo, yang pernah masuk film Angels and Demons :)

last, but not least...

Florence
Piazza Michaelangelo: the best piazza I ever been! Mungkin karena Florence, mungkin karena skyline di sini begitu perfect, mungkin karena sunset di sini luar biasa indah... Duh, kangen Florence.

The sunset that I really miss...
That's all folks! 9 kota di Eropa yang pernah saya datangi yang mempunyai viewing point gratis untuk melihat skyline kota. Aren't they all beautiful? 
Read More
Myanmar. Well, mungkin sebagian dari teman-teman saya mengangkat alis tinggi-tinggi ketika dengar saya akan solo backpacking ke Myanmar. "Ada apaan di sana?" Jujur aja, sebelum berangkat, saya terus-terusan mikir, "Lah, ngapain sih lu beli tiket ke Yangon? Sendirian lagi!" Tiket 500 ribu pulang pergi itu sangat menggoda, anak muda! Bodo amat, berangkat aja, masalah di sana, dipikirin nanti aja. Dengan modal informasi yang nggak terlalu banyak, pergilah saya ke Yangon dengan transit di Kuala Lumpur. Di Kuala Lumpur, saya nggak hanya dapat gigitan kutu kasur di Fernloft Hostel KL, tapi saya juga baru nyadar kalo USD yang saya siapin ketinggalan di rumah! Walah, padahal USD adalah "modal" awal saya untuk survive di sana karena saya gak tahu ATM saya berfungsi atau enggak di sana. Hahaha, antara panik dan ngebego-begoin diri sendiri, saya akhirnya cuma bisa berdoa, kartu ATM saya dan mesin ATM di bandara Yangon baik-baik saja sehingga saya bisa tarik uang dalam kyat.

Hari 1: Jakarta - Kuala Lumpur (by Lufthansa)
Akomodasi: Fernloft Hostel KL, gak recommended. Petugasnya judes, area sarapannya jorok, kasurnya banyak kutunya. The worst.

Hari 2: Kuala Lumpur - Yangon (by AirAsia)
Begitu sampai di bandara Yangon, saya super excited melihat orang-orang lokal yang memakai longyi berdiri berjejeran menunggu yang dijemput. Bahkan petugas custom menyapa saya dengan bahasa lokal karena muka orang Indonesia sangat mirip dengan muka orang Myanmar. Saya langsung mencari ATM dan memasukkan kartu dengan harap-harap cemas. Duh, gimana kalo gak bisa? Ternyata mesin ATM-nya rusak. Walah, saya nggak punya uang sepeser pun, semua uang ada di tabungan dan bego banget saya ninggalin USD di rumah. Saya lalu keluar mencari ATM lain dan mencoba menarik uang. Thank God it worked! Selesai urusan duit, saya keluar dengan hepi dan mencari taksi.

Taksi dari RGN ke Terminal Bus Antar Kota Aung Mingalar: MYK 6.000. Kalau mau ke kota-kota tujuan utama di Myanmar seperti Inle Lake, Bagan, dan Mandalay, naik busnya dari terminal ini.

Tiket bus dari Yangon ke Mandalay (Elite bus): MYK 10.700. Bus malam yang sampai di Mandalay besok paginya, 9 jam perjalanan darat dengan jalan yang belum muluss... Dapet selimut, bantal, dan refreshing kit (odol, sikat gigi, dan tisu basah).

Bekal di bus, roti 2 buah MYK 1.300

Bus malam dari Yangon ke Mandalay
Hari 3: Mandalay
Dengan mata beler karena nggak tidur, saya turun dari bus pukul 4 pagi dan bingung mau ke hotel mana pagi buta begini. Karena saya sudah mencatat alamat-alamat hotel yang mau saya jadikan tempat menginap, saya langsung nyamperin supir taksi yang mana aja dan bilang saya mau ke Royal Yadanarbon Hotel. Bukannya saya nggak punya spirit backpacker naik taksi melulu, soalnya di Myanmar, transportasi umum untuk turis masih susah untuk dimengerti dan kurang manusiawi. Pokoknya kalo ke Myanmar, berasa banget waktu seakan berhenti, peradaban modern belum masuk ke sini, kecuali ponsel dan internet (yang juga terbatas di hotel saja). 

Taksi ke Royal Yadanarbon Hotel: MYK 4.000
Royal Yadanarbon Hotel, 1 malam: MYK 22.000 atau USD 20

Hotel ini sangat recommended walaupun letaknya agak melipir di pinggir kota. Concierge-nya baik banget, membolehkan saya check-in pagi buta, padahal biasanya kan baru bisa check-in jam 13.00. Sarapan enak dengan teh khas Myanmar yang super nikmat. Sarapan ini saya dapatkan dua kali karena saya nyampe pagi buta, padahal saya hanya sewa kamar 1 malam, ehehehe. Mereka juga membantu saya mem-booking transportasi ke Bagan untuk keesokan harinya. Oh, dan mereka juga mencarikan ojek harian yang bisa saya sewa. Pokoknya mereka berusaha yang terbaik untuk melayani tamu-tamu hotel. Kamar yang bersih, baru, dan rapi. Daaan... internetnya jalan, itu yang penting. 

Ojek harian Mandalay: MYK 12.000 (seharian)

Ojek ini saya pakai untuk melihat yang penting-penting Mandalay, dimulai dari Mandalay Palace, Mandalay Hills, U-Bein Bridge, sampai ke tempat-tempat workshop patung Buddha dan kertas emas. 

Donasi pagoda di Mandalay Hills MYK 100
Donasi Mahamuni Pagoda MYK 500
Donasi titip sepatu MYK 200
Makan siang MYK 1.000
Parkir MYK 200

Irrawady River, lagi musim kering, jadi cukup surut

Mandalay Hills

Enaknya punya ojek pribadi, bisa dijadiin fotografer seharian, haha
U-Bein Bridge
Hari 4: Mandalay - Bagan
Pagi-pagi saya check out dan sarapan. Hari ini saya akan ke kota gersang sekaligus sangat bersejarah bagi Myanmar: Bagan. 

Tiket masuk kawasan Bagan: MYK 22.000 (deuuu, mahalnya)

Karena waktu saya sempit banget, makanya saya langsung sewa delman buat nganterin saya ke pagoda-pagoda terpenting di Bagan dan nungguin saya nunggu sunset di puncak pagoda.

Sewa delman seharian: MYK 20.000 (worth every kyat, abangnya lucu dan baik banget)
Makan siang: MYK 2.500

Bagan, sesuatu banget kota ini. Tapi masuknya mahal, hiks :'(
Tipikal transportasi umum di Myanmar, yang ini ukurannya sedang.

Malamnya saya langsung cabut naik bus malam ke Yangon, sempet ketemu dengan rombongan backpacker Indonesia juga dan jadi teman perjalanan sampai Yangon. 

Tiket bus malam ke Yangon dari Bagan: MYK 18.500, Busnya kece, VIP dengan formasi tempat duduk 2-1, dapet snack dan minuman dari pramugarinya, ehehehe.

Hari ke 5: Yangon

Hostel yang saya pilih letaknya dekat Botataung Pagoda, namanya Hninn Si Budget Inn. Hostel ini basic, tapi yang nggak saya suka adalah dinding antar kamarnya adalah kayu, jadi kita bisa mendengar riuh orang dari luar atau kamar sebelah. Internetnya lumayan kenceng dan saya boleh check in lebih awal karena bus saya nyampe pagi buta. Saya jalan kaki muter-muter sampai ke Bogyoke Market, dari sana saya ke Shwedagon Pagoda, pagoda terbesar di Myanmar. 

Taksi dari terminal bus ke Hninn Si Budget Inn: MYK 4.000
Makan siang: MYK 2.500
Taksi ke Shwedagon Pagoda: MYK 2.000
Tiket masuk Shwedagon Pagoda: MYK 8.000
Makan malam: MYK 3.500
Shwedagon Pagoda

Weekend paling seneng sembahyang di kuil :))

Kiri, gedung putih: Bogyoke Market
Hari ke 6: pulang!

Sum up: itinerary saya adalah Jakarta - Kuala Lumpur - Yangon - Mandalay - Bagan - Yangon - Kuala Lumpur - Jakarta.

Semoga bermanfaat!

-@travelitarius next destination: Manila
Read More
Disclaimer: Tulisan ini pernah saya masukkan ke www.jalan2liburan.com sebagai "Guest Post"

--------------------------------------------------------------------


Tahun 2014 lalu (Juni - Juli 2014) saya akhirnya berhasil solo backpacking ke Eropa, destinasi yang udah saya jadikan target selama menabung. Total perjalanan yang saya jalanin sendirian adalah 50 malam di 13 negara dan 28 kota, dengan budget rendah. Seberapa rendah? 15 euro per hari atau sekitar Rp 240.000 per hari. Kalau ditambah dengan tiket pesawat yang sekitar 11 jutaan, transportasi darat, dan pengeluaran darurat saya habis sekitar 32-an juta rupiah. Murah? Emang. Sebelum pergi, saya udah kenyang komentar orang, “Emang cukup?”, “Bisa makan nggak tuh?”, “Tinggal di mana budget sekecil itu?”. Tapi kalo saya dengerin terus, ntar nggak pergi-pergi.

Budget 15 euro per hari itu adalah makanan dan transportasi keliling kota. Gimana caranya saya bisa survive traveling di Eropa, apalagi Eropa Barat, dengan hanya 15 euro per hari?

I couchsurfed a lot. Buat yang masih tidak familiar dengan Couchsurfing (CS), saya coba jelaskan ya. CS adalah komunitas traveler yang saling memberikan akomodasi gratis buat para anggotanya, misi utamanya adalah dengan saling mengenal dan mengunjungi, kita akan bisa menciptakan pengertian satu sama lain. Peace, open-mindedness, youth-spirit, dan sharing adalah nafas CS. Selain saya bisa menghemat uang, karena setengah dari budget perjalanan pasti akan habis di akomodasi, saya bisa nambah teman, mengenal kehidupan dan kebudayaan orang lokal, mengetahui hal-hal yang nggak diketahui turis, dan kalo saya kembali ke sana, saya punya teman untuk dikunjungi. Banyak manfaatnya kan? Tapi saya selalu wanti-wanti buat newbie CS, jangan pernah jadikan CS sebagai aji mumpung akomodasi gratisan tapi bertemanlah dengan host kita, host CS bukan hostel. Dari total 50 malam saya traveling, hanya 9 malam saya harus bayar untuk akomodasi, itu pun hostel yang murah.

Dari CS, saya bisa ketemu malaikat ini
I stayed in cheaper countries longer. Negara-negara yang saya datangi sesuai urutan itinerary adalah Prancis, Belanda, Belgia, Jerman, Polandia, Ceko, Austria, Slovakia, Hungaria, Kroasia, Slovenia, dan Italia. Saya sengaja nggak ke Swiss, Denmark, atau negara-negara Skandinavia karena biaya hidup di sana mahal. 15 euro di negara tersebut bisa hanya 1 kali makan. Saya juga lama di Polandia, Ceko, Slovakia, Hungaria, dan Slovenia karena negara-negara tersebut masih lebih murah di bandingkan negara lain. Now it seems possible right? Kalau saya surplus dari 15 euro, uangnya saya alihkan ke negara-negara yang mahal seperti Prancis, Belanda, Jerman, dan Italia.

I took slower transportation. Di luar 15 euro per hari, saya juga ada pengeluaran transportasi antar kota. Di Eropa, paling enak ke mana-mana naik kereta, apalagi kereta cepat. Tapi mulai nggak enak kalo udah ngeliat harganya. 1 kali perjalanan naik TGV Prancis saja, bisa 50-100 euro sekali jalan. Mana ada duitnya. Akhirnya saya memilih jenis kereta yang lebih lambat, yaitu kereta regional. Bus juga sering saya pakai karena bus di Eropa reliable, tepat waktu, lebih murah, dan fasilitasnya oke. Saya rela naik bus dari Milan ke Paris 13 jam, nyampenya pagi buta, demi ongkos yang cuma 35 euro. Demi ngirit. Lagipula saya punya banyak waktu.



I bought less souvenirs. Saya tipe traveler yang nggak suka membeli banyak suvenir, apalagi ditebengin nitip barang sama orang. Untuk diri sendiri, saya membeli suvenir dalam bentuk magnet kulkas atau kartu pos. Itu pun nggak selalu bisa beli karena di negara mahal, magnet standar harganya 5 euro.

I walked... A LOT. Kalo ini sih kurang lebih karena kebanyakan kota-kota di Eropa bisa dikelilingin dengan jalan kaki. Selain menyehatkan, jalan kaki memberi kita kebebasan mengeksplor tempat, khususnya di tempat yang nggak bisa dilalui kendaraan seperti pusat kota tua. Di Paris yang kota besar saja, saya biasa berjalan kaki karena kota ini cakep banget, apalagi pas malam. Salah satu kota besar yang harus pakai transportasi ke mana-mana itu Berlin; karena ukuran dan Budapest; karena landscape. Contoh harga single ticket di Paris adalah 1.70 euro, di Amsterdam 2.80 euro, di Berlin 2.60 euro, Roma 1.50. Kebayang kan kalau ke mana-mana maunya naik metro/tram/bus? Tips saya, sebelum berangkat jalan-jalan keliling kota, sempatkan dulu buka peta dan tandai destinasinya. Dari sana, liat lagi apakah ada objek lain yang dekat? Buat rute jalan kakinya. Kalau kita bisa memaksimalkan objek dan waktunya, kita palingan cuma habis buat 2 tiket, 1 tiket untuk berangkat dan 1 untuk pulang.

I took public transportation and searched for the unlimited tickets. Nggak pernah sekalipun pantat saya menyentuh salah satu bangku taksi di Eropa. Taksi itu haram buat saya. Saya selalu naik bus, tram, metro untuk ke mana-mana supaya murah. Mau senyasar gimanapun, lebih baik tanya-tanya orang dari pada naik taksi. Nah, biasanya transportasi kota itu punya tiket terusan 24 jam yang bisa jatuhnya murah kalau kita berniat naik transportasi lebih dari 3 sampai 4 kali. Misalnya, tiket terusan Berlin 24 jam harganya 6.80 euro, sementara tiket single-nya 2.60 euro. Menguntungkan kalau naiknya lebih dari 2 kali, kan? Di Polandia, Ceko, Hungaria saya selalu pakai tiket terusan 24 jam karena harganya murah. Kalau saya capek jalan kaki, saya langsung naik random bus/tram, lalu keliling-keliling kota, lihat-lihat pemandangan, turun di halte random, terus naik bus/tram yang lain. Masing-masing kota punya website resmi sendiri untuk operator transportasi, misalnya Paris RATP, Amsterdam GVB, Berlin BVG, buka website masing-masing dan cari informasi tiket terusannya.

I catered myself. Untuk menghemat uang, saya seringnya beli makanan jadi atau beli bahan-bahan makanan di supermarket. Misalnya, untuk sarapan saya beli roti 1.50 euro di bakery. Siangnya saya beli doner kebab 4 euro. Lalu malamnya, saya beli pasta instan di supermarket seharga 2 euro. Saya memang sering berbelanja di supermarket karena mengatur makanan sendiri jauh lebih murah dibandingkan beli jadi. Selain itu, belanja menurut saya adalah pengalaman kultural, kita jadi tahu orang lokal makan apa. Saya pernah mabok plum karena lagi sale di Tesco Bratislava, pernah juga kena sakit perut karena kebanyakan minum susu yang sekotak cuma 1 euro di Vienna, makan take away nasi goreng Vietnam, atau pernah nyobain doner kebab di Brussels yang bisa dimakan sampai makan malam saking gedenya. Dan saya sehat-sehat saja tuh, malah makanan saya di sana lebih bergizi, hehehe. Selama kita nggak pernah makan di restoran, budget kita akan selalu rendah karena 1 main course minimal harganya 7 euro. Tapi apa pernah saya makan enak di restoran? Pernah dong, tapi di ditraktir host, hehehe.

I searched for free activities. Ini yang nggak kalah penting untuk mengisi waktu dengan murah, cukup ketik “free things to do in ...” langsung muncul berbagai hasil. Misalnya, di Paris: masuk Notre Dame, masuk Basilica du Sacre Coeur, jalan-jalan di Montmartre, jalan-jalan di pinggir Sungai Seine, cuci mata di Champs Elysees, atau baca buku di Jardin des Tuileries. Misalnya di Amsterdam, jalan-jalan ke Bloemenmarkt, cuci mata di kanal-kanal Amsterdam yang cakep, nyobain sampel keju, atau main ke Rembrantplatz. Misalnya di Roma, cathedral-hopping, nontonin seniman di Piazza Navona, Pantheon, dan bengong di Boboli Garden. Dan, yang kalah penting, Europe itself! Nikmati saja Eropa dengan segala keindahan arsitektur yang nggak mungkin kamu temukan di Indonesia. Perhatikan orang lokal, ngobrol dengan mereka. Makan makanan mereka. Ucapkan terima kasih dalam bahasa mereka. Wah, kalau saya terusin, bisa nggak selesai-selesai J

I always stick to the budget. Ini juga nggak kalah penting supaya dana nggak “bocor.” Pisahkan uang harian ke dompet kecil dan sisanya ke money belt yang tersimpan aman di perut. Kita harus konsisten dan bisa mengendalikan diri sebelum membeli sesuatu yang tidak penting. Kalau bukan untuk makan dan transportasi, pikirkan dulu, apa 15 euro nya akan sisa nanti? Misalnya, saya boleh membeli magnet seharga 3 euro kalau ada sisa 3 euro, dst. Mencatat pengeluaran per hari itu juga perlu, lakukan konsisten dan luangkan waktu sebentar sebelum tidur. Jangan ditunda sampai besok-besok karena nanti akan lupa dan kita nggak tahu uang itu habisnya ke mana. Saya biasa pakai aplikasi Money Lover Android App utnuk mencatatnya.

I pushed myself hard. Dan yang terakhir, untuk survive 15 euro per hari itu nggak gampang. Makanya saya harus memaksa keras diri saya untuk selalu stick to the budget. Godaan belanja di sana tuh gampang banget, apalagi cewek. Suvenir lucu-lucu, barang-barang yang jarang ada di Indonesia, kosmetik yang lebih murah dari Indonesia, sampe sale H&M yang murah banget mulai 5 euro, nah lho!! Apa saya tergoda, ya iyalah, saya cuma cewek biasa. Biasanya kalau udah begitu, saya buru-buru kabur sebelum pikiran membeli mulai datang.

10 cara di atas membuat saya berhasil traveling di negara mahal dengan hanya Rp 240.000 per hari. Saya nggak kelaparan di sana dan pulang dengan gembira. Setelah pulang, saya jadi mikir, di Eropa aja saya bisa habis segitu, apa lagi di negara lain dong ya? Hehehe. Untuk mau tahu lebih lanjut tentang pengeluaran harian saya selama di Eropa, atau nggak percaya saya bisa habis cuma 15 euo per hari, atau disangka saya ngibul, hehe, bisa langsung cek saja  di http://www.travelitarius.com/search/label/15EurosPerDay . Semoga tulisan saya bermanfaat buat pembaca dan semakin banyak yang bisa sampai ke Eropa! Cheers! J


---

Link Sosial Media:

Read More
Tahun baru, semangat baru, jalan-jalan ke tempat! Biasanya traveler udah pantau tanggal-tanggal merah yang ada di tahun ini dan hari-hari apa saja yang kejepit sehingga bisa ngambil cuti. Kalau beruntung, kadang-kadang bisa dapet liburan seminggu dengan hanya cuti 2 hari, hehehe... Makanya kalender cuti selalu dipantau supaya bisa tetap jalan-jalan. Apalagi kalau sudah ada promo besar maskapai, langsung kalender cuti itu ditempel di samping komputer supaya kedapetan tiket dengan tanggal yang cocok. Niat udah ada, uang juga sudah siap, terus mau ke mana kita?

Tips singkat ini akan memberi kamu sedikit insight mengenai pilihan destinasi buat menghabiskan jatah cuti kita.

Indonesia
Dari semua negara yang pernah saya datangi, nggak ada yang ngalahin Indonesia dalam hal budaya, makanan, dan wisata alamnya. Masing-masing negara pasti memiliki keunikan masing-masing untuk dieksplor, dan negara kita tercinta ini terkenal keindahan alamnya. Belum lagi kemudahan-kemudahan dalam hal bahasa, uang, komunikasi, Indonesia bisa jadi tempat untuk menambah pengalaman jalan-jalan. Go out and explore! Dari Jakarta saja, dengan budget minim, kita bisa pergi ke Kepulauan Seribu untuk menikmati pantainya. Pengen wisata kuliner? Setiap daerah pasti punya. Malah kalau kita datang ke asal tempat, perut kita akan selalu hepi karena makanannya enak-enak. Punya uang lebih, bisa ke kota-kota di Jawa untuk mendaki gunung, menyusuri pantai, mengarungi jeram sungai, atau sekedar mampir-mampir buat makan. Impian saya sampai saat ini belum tercapai: road trip NTB dan NTT.
Recommended (minimal 3-5 hari): Bali, Makassar, Lombok, Komodo, Derawan, Kepulauan Ora, Sumba

Singapura dan Malaysia (duh, bosen?)
Kenapa dua negara ini? Karena dari segi bahasa, kita bisa pakai Bahasa Indonesia dasar yang mirip-mirip dengan Melayu, makanannya masih relatif sama, dan culture shock-nya tidak berlebihan. Selain itu, tiket promo maskapai-maskapai regional Asia banyak yang menjual tiket murah dengan rute Indonesia ke kedua negara ini karena merupakan rute gemuk sehingga mereka biasa berkompetisi menjaring penumpang. Saya pernah mendapatkan tiket murah kurang dari lima ratus ribu untuk ke Singapura, sudah pulang pergi dan termasuk pajak. Ngiler banget kan... Untuk biaya jalan-jalan di sana, memang Singapura jauh lebih mahal dari pada Jakarta, tapi kita bisa merasakan “luar negeri banget” di negara ini. Sejauh ini saya sudah tiga kali ke Singapura dan tiga kali ke Kuala Lumpur, tetapi nggak pernah merasa bosan karena banyak yang menarik dan makanan di sana enak-enak, hehehe... Dan serunya lagi, event-event terkenal, F1 misalnya, atau konser artis besar sering diadain di dua negara ini, Indonesia di-skip, kan asyem.
Recommended (minimal 3 hari): Kuala Lumpur, Penang, Singapura

Negara-negara ASEAN non-Melayu lainnya
Karena saya suka banget dengan hal-hal yang berbau budaya, menurut pendapat saya, ASEAN itu surga buat jalan-jalan. Rasa makanannya relatif lebih sama, budaya yang tidak terlalu jauh, bebas masuk tanpa visa dan landscape alamnya juga gak kalah bagus. Seringnya, promo AirAsia atau maskapai low budget regional membuat kita bisa mengeksplor negara-negara ini. Tiket murah ke Bangkok atau Ho Chi Minh City suka diobral murah. Kesempatan bagus banget! Saya pernah dapat tiket pp KL-Yangon (Myanmar) seharga 500 ribu rupiah saja karena promo free seats AirAsia. Dan tahun depan saya akan backpacking keliling ASEAN dengan tiket 550 ribu pp karena promo. Kalau punya waktu banyak, paling cocok ya mengeksplor negara-negara ini.
Recommended (minimal 5 hari): Bangkok, Ho Chi Minh City, Siem Reap, Yangon, pulau-pulau di Filipina

Asia yang Murah
Haha, kategori apa ini, Asia yang murah. Untuk traveler Indonesia, bisa dipertimbangkan ke India atau Nepal (visa on arrival) karena biaya hidup di sana relatif murah. Masih aman buat kantong Indonesia. Nepal sering disebut-sebut sebagai high-value destination karena dengan harga yang murah, kita bisa melihat kekayaan budaya, keindahan alam, dan keunikan bangsa yang sangat melimpah. Walaupun saya belum pernah ke dua negara ini, melihat dari pengalaman backpacker lain, kedua negara ini patut dikunjungi. 
Recommended (minimal 1 minggu): Jaipur, New Delhi, Agra, Kathmandu, Pokhara

Asia yang Mahal
Here comes the list, dimulai dari 3 negara besar Asia Timur yang butuh visa: Cina, Korea Selatan, dan Jepang. Jalan-jalan ke tiga negara ini relatif mahal untuk kantong orang Indonesia. Kalau punya uang dan waktu lebih dan pengen cuti yang agak banyak, bisa ke salah satu negara ini, tergantung preference-nya. Kalau pengen lihat salah satu Seven Wonders, bisa ke Beijing untuk melihat Great Wall, Xian untuk melihat Terracotta Army. Kalau mau borong produk kosmetik Korea dan fans berat K-Pop, bisa ke Seoul, atau fans berat wisata alam bisa ke Jeju Island. Kalau pengen ke Universal Studio yang ada Harry Potter Wizarding World-nya (cuma ada 2 di dunia: Florida dan Osaka), nyobain pake yukata jalan di Kyoto ala geisha, nyobain makanan Jepang asli, ya ke Tokyo, Osaka, Kyoto. Selain 3 negara ini, Hongkong, Macau, dan  Taiwan bisa jadi pilihan juga.
Recommended (minimal 1 minggu): Tokyo, Osaka, Kyoto, Beijing, Seoul, Jeju

Eropa, Australia, dan USA
Kalau punya waktu minimal 2 minggu karena jatah cutinya bisa dijebret semua (lucky you), pilihan lain adalah ke Eropa, Amerika, atau Australia. Saya cuma pernah ke Eropa, belum pernah ke benua lain, jadi belum bisa bicara banyak, hehehe
Recommended Eropa (minimal 2 minggu): semua negara, huehehehe

Gimana, jadi kalo ada hari libur kejepit-kejepit dan promo besar AirAsia, sudah kebayang kan mau ke mana. Ada tambahan? Silakan isi comment di bawah ya!

-@travelitarius happiness is stored in a flight ticket
Read More
Previous PostOlder Posts Home