Sehari di Amsterdam #OneYearAgo

4 comments
Day 6: 13 Juni 2014

Host saya di Almere, Mbak Maria, adalah orang Indonesia yang sudah 25 tahun tinggal di Belanda karena menikah dengan orang Belanda. Sekarang, dia sudah pindah kewarganegaraan dan memegang paspor Belanda untuk kemudahan hidupnya di sana dan karir traveling-nya. Sebagai orang yang aktif nge-host surfer, dia punya banyak pengalaman dan kenalan dari seluruh dunia. Makanya, dia juga sering traveling bahkan ke negara-negara aneh, waktu saya ke sana, dia berencana akan pergi ke Armenia dan sekitarnya. Saya nggak tahu apa-apa tentang Armenia, jujur saja, kecuali keluarga Kardashian berasal dari sana. #infogakpenting. Mbak Maria tinggal di Almere bersama anak perempuan satu-satunya, Regina, yang masih SMA (di sana nyebutnya gymnasium). Sayangnya, saya harus berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengannya karena dia nggak bisa berbahasa Indonesia. 
Lively lady
Saya sangat salut dengan cara hidupnya Mbak Maria. Ini pertama kalinya saya melihat orang dengan hidup live the life to the fullest. Profesinya adalah seorang high-class nanny. Hah? Bingung yah? Saya juga baru tahu ada profesi kayak gini. Kliennya adalah orangtua-orangtua Belanda yang sibuk bekerja dan menginginkan anaknya diurus oleh orang yang tepat. Jangan salah, gajinya besar karena tanggung jawabnya juga besar. "It is a good money," katanya. Jadilah Mbak Maria menjadi pengasuh sekaligus pendidik anak usia pra-sekolah. Pekerjaannya diatur dengan kontrak yang dirancang bersama, Mbak Maria nggak mau bekerja di hari Rabu supaya ada break di tengah minggu. She is her own boss. Setiap pagi jam 8 dia menyetir sekitar 10 km menuju rumah klien dan akan sampai di rumah jam 5 sore. Setelah pulang, dia biasa hang out dengan Regina. Kalau senggang, dia sering ke salsa bar karena hobinya memang menari dan menyanyi. Dia juga memilih tinggal di Almere yang damai karena dengan 800 euro, dia bisa menyewa rumah 3 kamar. Berbeda sekali dengan biaya hidup di Amsterdam.

Lifestyle-nya pun unik. Sebagai environmentalist, dia punya beberapa aturan di rumah. Saya diajak briefing awal pas sampai di rumahnya. Kalau buang air kecil, jangan di-flush, cukup tutup pakai tissue. Kalau buang air besar, baru di-flush bersih. Matikan keran sampai sempurna, jangan ada yang menetes. Nggak punya dishwasher karena mesin itu boros air. Mencuci baju setiap hari Sabtu saja. Dan yang paling greget, shower maksimal 5 menit! Nah loh! Terpaksa saya nggak keramas selama di rumahnya. 
The famous Rijksmuseum and Amsterdam sign
Amsterdam adalah salah satu kota favorit saya karena begitu gampang menyukai kota ini. Arsitekturnya khas, kanal-kanalnya indah, orang-orangnya ramah, banyak keju enak, banyak house boat yang jarang ditemui di kota lain, dan cuacanya bersahabat. Sebagai kota sepeda, populasi sepedanya melebihi populasi manusia dan pencurian sepeda adalah pencurian tertinggi di kota! Nggak peduli bawa anak atau belanjaan banyak, selalu ada cara untuk naik sepeda. Bahkan di kereta antar kota disediakan space luas untuk komuter yang membawa sepedanya. Eh, tapi jangan salah, pesepeda di Belanda luar biasa banyak dan cukup kejam. Kalau mau nyebrang, harus 4 kali lihat kiri kanan karena bisa saja sebuah sepeda sedang melaju kencang ke arah kita dan mereka suka ogah ngerem! Ebuset. 
This picture speaks Amsterdam in many words
Waktu itu saya hanya seharian jalan-jalan di Amsterdam sementara besok sudah pergi ke Brussels di Belgia. Dengan tiket 24 jam Amsterdam, saya bisa naik turun tram sepuasnya. Saya jalan-jalan kaki di pusat kota, nongkrong di pinggir kanal, nyoba-nyobain keju yang aneh, browsing bunga yang unik-unik di bloemenmarkt. Kalau capek jalan kaki, tinggal naik tram aja. Saya sengaja nggak menyewa sepeda karena sebagai turis, saya pasti akan nyebelin berhenti-berhenti buat foto.
Concert hall
The statue of Rembrant, the famous Dutch painter, at Rembrantplein
One of many canals in Amsterdam, just next to Anne Frank Huis
Sepulangnya ke rumah Mbak Maria, setelah makan malam telur dadar yang enak, saya diajak melihat dam di Almere. Dulu, Almere dan Provinsi Flevoland belum ada di peta. Ketika pemerintah memutuskan untuk membuka provinsi baru, "Mari kita buat daratan menggunakan dam!" Segampang itu, dan munculah Flevoland. Mbak Maria memperlihatkan saya perbedaan ketinggian air laut dan daratan. Ternyata memang, Belanda di bawah permukaan air laut. Ini sudah bukan abstrak di kepala saya, dulu sama masih ngawang-ngawang sama fakta ini.
Ini lautnya, perhatiin yaa...
Sudut kiri atas adalah lautnya, lihat ada laut yang cuma segaris?
Dan inilah daratannya... bener-bener di bawah permukaan laut yah!
Puas memuji Dutch's engineering, saya lalu diajak Mbak Maria ke pusat kota Almere tepatnya ke pub langganannya. Saya memesan bitterballen dan hot chocolate. Kebetulan, sedang ada pertandingan Piala Dunia dan yang main Belanda. Wah, pubnya udah ramai banget dengan supporter berbaju oranye. Kami mengobrol sampai malam dan saya semakin mengagumi Mbak Maria, rasanya saya pengen kayak dia, "I am my own boss."

-@travelitarius what is interest her when she surfed? Her host's stories.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

4 comments

  1. Dear Putri
    Salam kenal,

    Enggak sengaja aku buka-buka web kamu,,,,jadi iri,,,,iri banggget.
    Aku kerja di travel tapi belum sempet sampai eropa. Mau tanya nih put, ngumpulin uang berapa lama terus dengan jumlah berapa perbulan?
    kalau ada kesempatan mungkin kita bisa ketemu terus hangout terus bisa backpackeran bareng,,hehe

    -cheers-

    ReplyDelete
    Replies
    1. lama Mbak, 2 tahun nabung dan nunggunya... hehehe

      Delete
  2. Putri,

    kalau di Amsterdam nama couch nya siapa? aku ingin bangat ke amsterdam dengan biaya yang hemat, mohon infor nya :)

    Salam dari Malaysia,
    -Nurul-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Nurul, CS itu sangat personal, lebih baik kita sendiri yang cari host kita karena kadang kita menemukan host CS dari mutual hobbies, mutual music, atau mutual interests. Host di Amsterdam banyak kok...

      Good luck

      Delete