Kota Cologne dan Katedralnya #OneYearAgo

No Comments
Day 9: 16 Juni 2014

Hari ini saya bangun agak siang karena baru tidur pukul setengah 2 malam. Micha, partner Jenny sudah berangkat pagi-pagi pukul 6 untuk bekerja shift dan akan kembali sekitar jam 2 siang. Enak banget jam kerjanya! Ketika saya bangun, Jenny sedang di ruang tamu membaca buku. Dia menawarkan saya sarapan yang nggak saya tolak karena emang udah keroncongan. 

Hari ini kami akan ke Cologne bersama-sama setelah Micha pulang bekerja. Sambil menunggu waktu, saya mencuci baju di basement rumah Jenny. Ini baru pertama kalinya saya lihat rumah gaya Barat dengan basement sebagai tempat mesin mencuci baju, persis yang kayak ada di film Home Alone. Biasanya kan basement cuma buat parkir mobil di gedung atau rumah mewah. Di bawah aroma lembab tercium tajam dan lampunya remang-remang. Jenny pun bercerita bahwa saat Perang Dunia II basement ini dijadikan tempat perlindungan dari serangan bom oleh pemilik rumah. 

Tur rumah pun dilanjutkan. Dia juga bercerita bahwa Dueren ini sebenarnya kota baru karena pernah musnah dibom tentara sekutu saat perang. Rumah yang dia beli ini hanya tersisa separo dari dinding dapur dan direnovasi lagi setelah perang usai. Jadi, rumah Jenny adalah salah satu rumah tertua di Dueren karena bangunan lain rata dengan tanah. Sebagai nature freak, Jenny juga memelihara buah berry di kebun belakang rumahnya, mulai dari raspberry, blackcurrant, strawberry, wild berry, dan beberapa pohon persik (peach) dan citrus yang belum berbuah. Dia lalu memetik beberapa buah dan memberikannya kepada saya untuk dicoba. Enak! 
"Do you water the plants everyday?" tanya saya, mengingat ibu saya yang setiap hari menyiram tanaman-tanaman kesayangannya. 
"No, I just planted them and let the nature works. If they grow, then it's good. If they don't, it's okay."
Wah, bisa gitu. Saya lalu memetik beberapa lagi, tanaman ini nggak tumbuh bebas di Indonesia, jadilah saya norak bahagia bisa makan macem-macem berry langsung dari pohonnya. 
My lovely jungle ranger
Sambil menunggu Micha pulang, saya diajak Jenny melihat-lihat hutan dan danau yang ada di dekat rumahnya. Karena Dueren ini kota kecil, jadi vegetasi tanaman liar khas negara 4 musim masih banyak menutupi wilayah ini. Jenny juga bercerita bahwa di sini akan sangat colorful ketika musim gugur, berbeda sekali dengan hijau royo-royo musim panas. Walaupun sudah masuk musim panas, saya nggak pernah lihat matahari di sana dan suhu menunjukkan masih 17 derajat saja. Cukup nyaman untuk jalan-jalan. Dari Jenny juga saya dikenalkan dengan spesies burung di Eropa. Beberapa kali kami menemukan suara burung pelatuk di hutan, sayang mereka nggak mau menampakkan diri.
Danau buatan ala Jerman
Danau yang Jenny perlihatkan ternyata danau buatan, hih kesian amat ya Jerman, danau aja mesti bikin. Jangan salah, walaupun buatan, ternyata sering dikunjungi orang untuk memancing lho. Saya jadi ingat ketika di Paris, saya melihat sepetakan tanah di pinggir Sungai Seine yang diberi pasir dan menjadi pantai buatan. Lucunya, pantai tipu-tipu ini dipenuhi orang berjemur! Yah, kesian. 

Nggak kerasa kami sudah memutari danau itu sambil mengobrol banyak tentang pengalaman Jenny sebagai fisioterapis di Senegal. How cool is that. Begitu sampai rumah, Micha ternyata sudah pulang. Wah, Micha punya rambut pirang panjang yang kalau tidak dikuncir bisa menyaingi Legolas. Kami makan siang bersama dan mereka banyak bertanya tentang makanan Indonesia. Tentu topik ini nggak ada habis-habisnya dibahas. 

Here I am in Cologne! Sudah lama banget pengen ke sini karena pernah melihat gambar katedral yang membutuhkan waktu 632 tahun untuk diselesaikan. Begitu saya sampai, saya ingin sekali berbaring di lantai karena luar biasa tingginya. Walaupun sepertinya 2 menara kembarnya sama tinggi, ternyata menara satunya lebih pendek 6 cm. Hebatnya lagi, walaupun pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia cuma selama 4 tahun (1880-1884), katedral ini disebut-sebut sebagai bangunan bergaya Gothic tertinggi di dunia! Katedral ini juga menyimpan patung imaji penyaliban Yesus tertua (970) di dunia barat yang disebut sebagai Gero Cross. Nggak salah kan kalau saya begitu passionate dan ingin sekali ke sini? Eh, saya Muslim tapi loh.
Main reason to visit Cologne
Patung penyaliban tertua (sorry for major noises)
Cologne juga merupakan kota asal Johann Maria Farina, penemu eau de cologne yang sampai sekarang kita pakai. Merek tertua dan asli adalah No. 4711 yang sudah berbisnis selama 222 tahun. Saya bener-bener nggak nyangka kalau cologne itu memang berasal dari Cologne! 
Big hug in front of the cathedral
Puas jalan kaki di sekitar pusat kota Cologne, kami pun pulang ke Dueren. Malamnya, kami makan barbeque sosis Jerman sambil nonton sepakbola. Kalau ada daging dan bola, pasti ada bir! Jadilah saya begadang nemenin Micha nonton bola, minum bir non-alkohol, sambil main bersama Pepper, kucing mereka. Bener-bener kerasa bersama keluarga saja! 

-@travelitarius in Dueren, she find her new place called "home"
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 shouts

Post a Comment