Kesimpulan: Setiap Orang Itu Baik! #OneYearAgo

4 comments
Day 5: 12 Juni 2014

Sudah 3 malam saya di City of Lights ini, saatnya pindah kota ke Amsterdam. Saya sudah tahu naik bus apa ke Porte Maillot Coach Park tempat Megabus saya akan berangkat. Pagi-pagi sebelum Francois berangkat kerja, saya berpamitan padanya dan mengucapkan banyak terima kasih.
Lovely and classy lady, typical Parisien
Everything went well sampai di Porte Maillot. Lalu saya bingung, di mana busnya diparkir? Saya lalu celingukan di kompleks Palais de Congres yang dekat dengan Porte Maillot. Begitu melihat ada serombongan traveler dengan backpack besar, saya pun ngikutin mereka. Pasti mereka mau naik bus juga. Taraaa... ternyata coach park-nya ada di balik gedung Palais. Saya lalu duduk-duduk menunggu keberangkatan. Busnya memang sudah datang, tapi terlihat 1 petugas sedang menyiapkan kabin. Megabus tujuan Amsterdam seharga GBP 12.50 ini melwati Brussels. Jadi nanti di Brussels akan ada yang naik dan turun. Perjalanan ke Brussels adalah 4 jam lalu Brussels ke Amsterdam 4 jam juga, jadi total 8 jam. Ternyata, kalau mau ke bandara Orly, naik busnya dari sini, pantesan banyak traveler yang ke sini. 
Megabus Amsterdam via Brussels
Pada dasarnya, saya suka perjalanan, jadi 8 jam di bus menurut saya tidak masalah karena banyak yang bisa dilihat di jalan. Megabus nggak punya nomor kursi, jadi tinggal cari sendiri kursi masing-masing. Supirnya orang Inggris dengan aksen Inggris yang medok, dan di setiap berangkat, dalam perjalanan, atau mendekati tujuan, supir selalu meng-update kita dengan informasi, persis pilot di pesawat. Setelah berkendara 4 jam-an, supir pun diganti. Kami berhenti di salah satu hotel di dekat jalan tol dan supir baru datang dengan koper berodanya. Persis pilot, heibat! Saya suka Megabus, sudah murah, jaringannya banyak, aman lagi! Baca review saya tentang line bus ini di sini

Beberapa penumpang turun dan naik di Brussels, di sini saya sempat melihat kota Brussels yang akan saya kunjungi 2 hari lagi. Perjalanan dilanjutkan dan kami kena macet di tol. Padahal cuma terlambat 15 menit, supir meminta maaf kepada para penumpang. Yaelah, 15 menit tuh angkot gue di Jakarta ngetem doang! Di bus saya berkenalan dengan 2 mahasiswa Indonesia yang akan ke Leiden mengunjungi keluarganya. Kami ngobrol sambil makan di rest area ketika break 30 menit.

Sudah sampai Amsterdaaaaam! Loh, mana kanalnya? Ternyata saya diberhentikan agak jauh dari pusat kota dan harus naik tram menuju Amsterdam Centraal, tempat saya akan naik kereta ke stasiun Almere Buiten, tempat host saya tinggal. Saya lalu melongo melihat fasad stasiun yang sangat indah (heavy breathing), sebagai penggemar arsitektur, bangunan stasiun ini masterpiece-nya Belanda! Setelah membeli tiket seharga 7.3 euro (ugh, mahal!) saya lalu celingukan mencari peron. Bodoh juga saya, kenapa tadi nggak langsung tanya ke petugas di loket keretanya ada di peron berapa. Lalu saya belagak bisa nyari sendiri, saya memperhatikan layar informasi keberangkatan kereta, I-HAVE-NO-IDEA-AT-ALL. 
Fasad Amsterdam Central, tipikal bangunan bergaya Gothi/Renaissance Revival dari Pierre Cuypers yang juga merancang Rijksmuseum

Ada 2 tipe kereta, Sprinter dan InterCity, dan di layar yang bisa saya temukan adalah kereta Sprinter ke Lelystad Centrum via Almere Centrum. Aaah, mungkin ini kali yah... habis nggak ada tulisan Almere Buiten sama sekali di layar. Saya pikir-pikir, pasti ini. Lalu saya menghampiri 2 ibu-ibu untuk memastikan apakah saya sudah benar mencari kereta saya. Jujur saja, mereka nggak tahu naik kereta yang mana kalau ke Almere Buiten dan mereka menyarankan saya naik kereta tersebut. Enaknya traveling di Belanda, semua orang bisa berbahasa Inggris, bahkan petugas jaga toiletnya. Dari tua sampai muda, kita bisa tanya ke siapa saja dan mereka akan menjawabnya dengan helpful. Oke, saya naik deh. Kereta mulai berjalan cepat, saya deg-degan apakah saya sudah di jalur yang benar. 

Lagi bengong di kereta memandangi pemandangan yang lewat di jendela, saya lalu disentuh sama seorang ibu-ibu berkulit hitam yang duduk di samping saya. 
"Hi, dear, where are you from?"
"Indonesia," kata saya sambil nyengir.
Obrolan kami mulai panjang. Dia adalah seorang imigran Suriname yang pernah au pair di New York. Kembali dia bercerita bahwa dulu dia pernah sendirian ke Amerika dan mengalami hal yang kurang lebih sama dengan saya sekarang. "I wish my daughter have a courage like you."
"You're too kind," kata saya malu dan bangga sekaligus. 

Perasaan saya mulai nggak enak, kereta ini melewati beberapa stasiun tanpa berhenti. Lalu tiba-tiba ada pemberitahuan "Next stop: Almere Centrum." Ibu itu turun dan menanyakan saya turun di mana, "Okay, Almere Buiten." Saya lalu duduk lagi. Merasa cemas karena kereta terus-terusan melewati beberapa stasiun. Saya lalu bertanya ke cewek yang masih duduk di kereta yang sepi ini. 

Tuh kan bener! Nyasar! Setelah Almere Centrum, pemberhentian berikutnya adalah Lelystad Centrum, yang juga pemberhentian terakhir! Seharusnya saya naik kereta InterCity karena berhenti di tiap stasiun, sementara yang saya naiki adalah Sprinter, jenis kereta ekspress yang berhenti di stasiun tertentu saja. Cewek itu lalu berbaik hati mencarikan jadwal kereta yang benar dari Lelystad Centrum melalui smartphone-nya. Dia lalu menyuruh saya naik kereta berikutnya dan turun di Almere Buiten. Lalu, masalah mulai muncul di kepala saya, tiketnya hangus dong? Cewek itu bilang, sebenarnya tiket itu sudah nggak berlaku, tapi kalau ada pemeriksaan tiket, jujur aja kalau kamu nyasar. Saya juga sempat mengabari Mbak Maria, host saya, kalau saya nyasar naik kereta dan akan terlambat datang memakai smartphone cewek itu. Baik banget deh pokoknya. 

Di Lelystad Centrum, cewek itu mengantar saya ke peron yang benar dan kita dadah-dadahan. Orang Belanda baik-baik banget. Lalu saya hepi sudah sampai di Almere Buiten, dan mencari rumah Mbak Maria yang 10 menit jalan kaki ke stasiun itu nggak gampang. Banyak orang yang nggak tahu alamatnya dan saya terpaksa jalan kaki tanpa arah tetapi malah makin jauh! Saya lalu mendekati ibu-ibu bertampang Asia yang baru pulang kerja dan menanyakan alamat.
"Filipino?" tanyanya, tampang ibu itu sih memang seperti Filipino.
"No, Indonesian. Do you know where is this address?" tanya saya lagi. Ibu itu lalu bertanya pada bapak-bapak yang menjemputnya, perkiraan saya itu suaminya. Bapak itu lalu memencet-mencet GPS mobilnya.
"Come on, we take you there."
"Is that okay?"
"Sure, no problem."
Hah, dianterin! Saya lalu ditanya-tanya dari mana, ngapain ke Belanda, ngapain ke Almere. 5 menit berkendara lalu sampai di depan rumah Mbak Maria. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada pasangan itu dan dadah-dadahan. Sampai di rumah, Mbak Maria memeluk dan menyambut saya seperti keluarga, lalu menawarkan makan malam. 

Hari ini banyak banget yang bantuin sepanjang perjalanan. Saya jadi makin optimis bisa survive dengan gampang di Eropa. Ternyata benar kata teman, orang Belanda memang baik-baik! 

-@travelitarius work hard, travel hard
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

4 comments

  1. saya selalu punya impian untuk keliling eropa suatu hari juga mbba hehehe

    ReplyDelete
  2. Sama kayak di Jepang, telat dikit supirnya minta maap banget-banget... Sini mah bodo amat :D

    ReplyDelete