Berkunjung ke Museum Terbaik di Dunia #OneYearAgo

No Comments
Day 4: 11 Juni 2014

Francois menanyakan apa agenda jalan-jalan saya hari ini ketika kami minum teh bersama di pagi hari. Saya memberikan sekotak teh hitam celup dari Indonesia, yang langsung diseduh olehnya di gelas. 
"The Louvre," kata saya.
"Great! Wait here." Dia lalu pergi menuju kamarnya dan kembali dengan selembar kartu di tangan. Ternyata itu kartu terusan tahunan (yearly pass) Louvre yang dia miliki. "I don't know if you should use this for your admission." Dia lalu menunjuk foto dirinya di kartu, "do you have a photo ID? Attach it here and nobody would know you are not Francois Belcour."
Hahaha! Ibu ini menyarankan saya masuk pakai kartunya secara ilegal. Sebagai Parisien yang bisa 2 kali sebulan mengunjungi museum ini, dia gabung ke membership tahunan museum agar bisa bebas keluar masuk tanpa biaya lagi. Tempting, tapi kalau nanti barcode-nya di-scan dan muka dia yang muncul di komputer, saya bisa digelandang keluar karena bisa dituduh mencuri kartu. Enggak deh, saya bayar aja 12 euro buat admission fee

Saya berangkat pagi-pagi supaya nggak kena antrian panjang sekitar pukul 09.00. Tetep aja sik, kena-kena juga. Pas masuk piramida kacanya, saya senyum-senyum sendiri. Monalisa mana Monalisa...

Excited luar biasa!
Di hall ini kita bisa membeli tiket dari 3 loket masing-masing wing: Sully, Richeliu, Denon
Saya sudah pernah menulis Louvre for Dummies yang memberitahukan karya seni yang paling sering dikunjungi wisatawan ketika berkunjung ke Louvre. Silakan dibaca untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa saja yang disimpan museum dengan jumlah pengunjung tertinggi di dunia ini. 

Belum puas muterin museum beberapa jam, saya diundang lunch bareng anggota Couchsurfing asal Mesir. Namanya Mr Ahmed, seorang akademisi yang sedang menghadiri konferensi di Palais de Congres, semacem JCC-nya Paris. Saya diundang makan siang karena saya pernah post di grup Muslim Couchsurfer bahwa saya tertarik untuk meet-up dengan saudara sesama Muslim di Eropa. Terlebih, Mr Ahmed sangat suka rendang, jadi sebagai balasan sudah mentraktir saya hari ini, next time kalau dia ke Jakarta, saya akan mengundangnya untuk makan rendang. Kami makan bersama 1 dosen UNS yang juga teman dekat Mr Ahmed, namanya Mbak Asti. Ini baru pertama kalinya saya duduk makan di restoran Prancis, dengan menu yang luar biasa enak dan mengenyangkan. Kami mengobrol ngalor-ngidul, Mbak Asti memuji saya karena berani pergi ke sini sendirian (duh, jadi malu). Ahmed cerita bahwa kemarin, dia baru saja kecopetan di Eiffel Tower dan hilang beberapa ratus euro. Padahal, 5 detik yang lalu baru saja dipegangin. Copet siluman!

"It's just money," kata dia entengnya. Kalau saya, pasti sudah nangis-nangis kejer di KBRI. Jangan taruh uang besar di dompet, ya peeps.

Saya berpisah dengan mereka di pintu Centre Georges Pompidou, "If you need help or anything while you are traveling, just send me a message, okay? You are like my daughter now. Just don't hesitate to contact me anytime." Saya terharu, inilah yang saya temukan di Couchsurfing, seorang asing bisa mendadak menjadi teman atau keluarga sendiri, di negara asing pula. 

Marais Quarter menjadi tujuan tersesat saya selanjutnya. Saya suka wilayah ini!


Marais Quarter

Place des Vosges
Puas muter-muterin Marais sambil lihat-lihat toko, saya pun ke Galeries Lafayette, mal paling terkenal di Paris. Saya sih males lama-lama di sini karena banyak orang sebangsa belanja barang mewah. Tujuan utama saya ke sini adalah view Paris dari rooftop-nya! Gratis lagi :)

Paris Opera dari rooftop Galeries Lafayette
Grand as hell
Capeeeek jalan kaki dari pagi. Saatnya pulang ke rumah Francois. Dia sudah janji kita akan dinner bareng bersamanya di rumah. Sore itu saya habiskan untuk membantu Francois memasak dan makan malam. Saya belajar darinya bahwa filosofi masakan Prancis adalah jangan sampai rasa asli bahan makanan hilang. Misalnya, kalau kita memasak ikan, cukup tambahkan sedikit garam dan merica agar rasa manis dan segar ikannya tidak hilang. Sebisa mungkin, rasa aslinya tetap ada ketika terasa di lidah. Wah, beda banget sama makanan Indonesia! Dan memang lho, walaupun mereka minum bumbu masaknya, makanannya tetep kaya rasa. Sambal sachetan yang saya bawa dari Indonesia jadi nggak kepake. 

Hari terakhir di Paris selesai! Saya akan kembali lagi ke sini sekitar 43 hari yang akan datang untuk pulang menggunakan Malaysia Airlines lagi. Besok siap-siap ke Amsterdam pakai Megabus selama 8 jam. Yoo-hoo...

-@travelitarius she wish she will spent another full day to visit Louvre again. Amin.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 shouts

Post a Comment