12 Jam di Poznan, Polandia #OneYearAgo

No Comments
Day 14: 21 Juni 2014

Sudah 2 minggu saya di Eropa dan everything went very well. Tidak ada ketololan dan kesialan berarti, paspor dan dokumen masih ada, harta nggak kerampokan (amit-amit), nyasar nggak kejauhan, dan teman pun semakin hari semakin bertambah. Semakin hari semakin excited dengan kota berikutnya dan hari ini untuk pertama kalinya, saya akan menginjakkan kaki di Polandia, tepatnya di kota besar paling timur, Poznan. Sudah ada Ewa, couchsurfer baik hati yang mengundang saya menginap di apartemennya. 
Border Jerman dan Polandia, dari kaca PolskiBus
Perjalanan dari Berlin menggunakan PolskiBus ditempuh dalam waktu 4 jam, waktu itu penumpangnya penuh dengan turis. Ewa berjanji akan menjemput saya di terminal bus. 4 jam buat saya yang suka dengan perjalanan darat akan terasa singkat, apalagi PolskiBus punya wi-fi yang reliable dan kenceng, makin betah deh! Skip, skip, skip, bertemulah saya dengan Ewa yang lalu menyuruh saya ikut dulu ke apartemennya untuk menaruh backpack saya yang besar. Letak apartemennya cukup di pinggiran, dia membelikan saya tiket tram. Setelah menukar uang ke zloty, menaruh backpack di apartemennya, saya lalu duduk bersamanya minum teh dan mengobrol. 

Here it is, Poznan! Kota ini dikenal dengan Ostrow Tumski (cathedral island) sama seperti yang ada di Wroclaw. 
Ewa dan Poznan
Sebagian dari Adam Mickiewicz University

Ostrow Tumski
Poznan Opera House
Saat Ewa bilang dia sudah kelaparan, saya pun mengajak dia untuk makan di milk bar (bar mleczny), yang disebut-sebut sebagai tempat makan murah untuk mahasiswa. Karena nggak ada menu bahasa Inggris, Ewa berbaik hati menerjemahkan semua menu itu, bahkan sampai 10 menit sendiri. Ternyata, specialties dari makanan Polandia adalah dumplings, yang disebut pierogi. 
Pierogi isi kentang, krim, keju, dan bacon (image courtesy of polandforall.com)
Karena saya maunya yang halal, saya memilih asal menu omelette Tauknya, pas makanan itu datang, isinya adalah selai strawberry. Bayangin, bayangin, telur dadar rumahan, ditumpuk, lalu isinya selai strawberry, Jaka Sembung banget kan! Sayang saya lupa fotonya, karena waktu itu saya terlalu appreciate waktu saya bersama Ewa. Ewa ketawa-ketawa aja ngeliat muka perjuangan saya memakan makanan aneh ini, dia bilang, itu menu yang aneh, bahkan baginya. Hahahaha... kalo diinget sekarang ya kerasa lucunya. 
Poznan Old Town Square
Poznan fortification
Poznan juga punya jembatan cinta loh, tapi gemboknya belum sepadat Paris (model: Ewa)
Malamnya, saya ngobrol dengan Ewa sampai gelap di sebuah kafe. Saya sangat menikmati ngobrol bersama dengan perempuan pintar ini, dia banyak menanyakan saya tentang Islam, agama, hidup di Indonesia, dan memberikan saya cerita-cerita hidupnya. Sayang, waktu kami tidak ada 24 jam, besok pagi-pagi sekali saya harus ke Warsawa untuk eksplor ibukota negaranya. 
Kafe tempat kami mengobrol sampai malam
Malam itu, sebelum tidur, kami mengobrol lagi tentang perubahan surname-nya, tentang apartemennya, dan teleskopnya. Sedih sekali meninggalkan Poznan dan Ewa yang sudah sangat menerima saya, nanti saya pasti akan kembali kalau ke Polandia lagi, kali ini untuk mengeksplor lebih jauh.

-@travelitarius seems like less than 24 hours could make a stranger become a friends for life. Hi, Ewa.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 shouts

Post a Comment